FIRST KISS (oneshot)

Image

 

cast : BAP yoo youngjae, OC

 

Minha berlari menyusuri lorong kampusnya. Ia terlambat. Youngjae pasti sudah menunggunya lebih dari setengah jam yang lalu. Aish, bila saja ia tidak tertidur di kelas, mungkin ia tak akan berlama-lama mendengar ceramah dari dosen menyebalkan itu.

“hos..hos…hos” Minha terengah-engah saat mencapai gerbang kampusnya. Ia melihat kesekeliling. Kemudian matanya menangkap sosok yang sudah sangat dikenalnya walaupun ia hanya bisa melihat orang itu memunggunginya. Minha kemudian berlari kearah orang tersebut.

“mian, youngjae-a! aku terlambat.” Kata minha saat sudah berdiri di depan sahabatnya itu.

“Yah, Noona! Kau tau tidak aku sudah menunggu 40 menit?! Jinjja…. kau punya telpon tapi tidak diangkat. Aku meneleponmu berkali-kali.” Protes namja bernama youngjae itu.

“Yah! Mana aku tahu kalau dosen itu akan menghukumku! Lagipula, kau salah sendiri kenapa tidak pulang saja daripada menungguku.” Kata minha mulai kesal pada sahabatnya.

“ya~, noona kenapa kau yang kesal?”

“sudahlah. Ayo kita pergi! Aku mau ke taman.” Kata minha memberi instruksi sambil masuk ke kursi penumpang mobil youngjae. Youngjae hanya menghembuskan napasnya dengan berat dan masuk ke mobilnya. Ia tak berani membantah minha karena ia bisa membaca dari wajah gadis itu bahwa ia sedang mengalami hari yang buruk.

****

“noona, ini…” kata youngjae memberikan minuman kaleng pada minha yang sedang duduk sendirian memandang taman di hadapannya. Minha hanya tersenyum sambil mengambil dan membuka minuman pemberian youngjae. Youngjae duduk di sebelah gadis itu tanpa berkata sedikitpun. Karena minha sedang mengalami hari yang buruk, maka youngjae hanya duduk di sebelahnya seperti yang selalu ia lakukan. Youngjae hanya menunggu minha membuka suaranya mengeluarkan segala masalah yang ia pendam.

“aku putus.” Kata minha membuka suaranya. Youngjae menoleh kea rah minha tak percaya. Putus? Putus dengan namja yang baru menjadi pacarnya seminggu?

Seakan tahu apa yang ada di pikiran youngjae, minha terkekeh pelan. “aku tau, aku sangat payah bukan?”

“bagaimana bisa noona?” Tanya youngjae tanpa mengindahkan perkataan minha sebelumnya.

“karena sejak pertama kami memutuskan untuk memulai hubungan, tak ada perasaan apapun diantara kami. Ia, Kang Minhyuk, hanya mengencaniku karena ingin membuat gadis yang disukainya cemburu.” Kata minha.

“kau tahu?”

“tentu saja. Aku mengetahuinya sejak awal.” Kata minha sambil menghembuskan napasnya. Youngjae hanya menatap heran kearah sahabat kecilnya itu.

“bukan berarti minhyuk itu brengsek.” Minha menambahkan. “sebenarnya aku juga mengambil keuntungan darinya. Kau tau… aku tak pernah punya pacar dan di usiaku sekarang ini, semua keluargaku menanyakan hubungan pribadiku. Sayangnya hubungan ini berakhir begitu cepat sebelum aku bisa membuktikan pada keluargaku bahwa aku bisa mendapatkan namja yang hebat untukku.” Kata minha sambil tersenyum miris.

Youngjae hanya menghela napas. Lagi-lagi, minha membicarakan hal ini untuk kesekian kalinya. “noona, kau tak harus membuktikan pada mereka. Aku tidak mengerti kenapa kau begitu ingin memiliki pacar? Kau harusnya tak perlu tergesa-gesa seperti itu!”

“yah, kau anak kecil! Kau tak akan mengerti. Kau berbeda denganku. Lihat dirimu, kau namja popular, kau tampan dan pintar, kau bisa mendapatkan gadis manapun yang kau sukai. Kau tidak akan mengerti bagaimana rasanya menjadi tak terlihat sepertiku.”

“entah berapa gadis yang pernah kau cium diusiamu saat ini. sedangkan aku, aku bahkan tak pernah merasakan yang namanya first kiss diusiaku sekarang.” Tambah minha sambil menunduk.

“minhyuk hyung belum menciummu?” Tanya youngjae dengan wajah tak percaya.

Minha menjitak kepala youngjae dengan gemas. “aisshhh, noona sakit!” kata youngjae sambil mengusap-usap kepalanya.

“kau pikir aku mau dicium oleh orang yang sama sekali tidak menyukaiku?”

“lalu…” Tanya youngjae penasaran.

“aku ingin ciuman pertamaku bersama orang yang mencintaiku sepenuh hatinya. Aku tak ingin hanya mendapatkan ciuman yang tak memiliki emosi. Mungkin ini terdengar klise, tapi aku masih menginginkan hal seperti itu.” Kata minha tersenyum pada sahabatnya. Minha dapat memandang jelas wajah youngjae dari dekat. Betapa tampannya dia, betapa indah matanya dan betapa menggodanya bibir itu untuk dicium. Minha tahu ini salah, youngjae lebih muda darinya dan jelas sekali youngjae hanya menganggapnya sebagai noona, tapi entah mengapa ia ingin youngjae tidak menganggapnya sebagai noona. Ia ingin youngjae bisa melihatnya sebagai wanita.

Youngjae menatap minha yang sedang tersenyum ke arahnya dan kemudian gadis itu berpaling menatap langit.

“walaupun begitu, aku tetap ingin merasakan ciuman pertamaku.” Kata minha memanyunkan bibirnya, terlihat kesal sekaligus tak berdaya.

“kau benar-benar menginginkannya noona?” Tanya youngjae. Sebuah ide gila terlintas di benaknya. Ia tak tahu ini salah atau tidak, ia hanya ingin melakukannya.

Minha menatap youngjae sambil tersenyum. “ne, aku….” Belum sempat minha menyelesaikan apa yang ingin ia katakan, bibirnya terkunci rapat ketika sepasang bibir membungkamnya. Minha hanya bisa mengedipkan mata tak percaya. Ia tak bisa mencerna semua ini. youngjae, yoo youngjae, menciumnya. Minha dapat merasakan bagaimana rasa ciuman youngjae. Sangat lembut dan gentle. Seperti ciuman yang ia impikan selama ini.

Entah berapa lama youngjae menciumnya, Entah berapa lama minha mematung tak merespon apa yang dilakukan youngjae padanya, akhirnya minha dapat merasakan youngjae melepaskannya.

“otte??” youngjae membuka suara sambil tersenyum. Minha hanya memandangnya tak percaya. Kemudian realita menyadarkannya. Ia mendorong tubuh youngjae menjauhinya.

“y-ya! Apa yang kau lakukan?!” Tanya minha dengan canggung.

“kau bilang ingin merasakan ciuman pertamamu. Aku hanya membantumu.” Kata youngjae sambil tersenyum.

“a-aku tak m-minta bantuanmu. Kau tak seharusnya melakukan hal tadi!” kata minha. Ia tak tahu apa yang musti dilakukannya. Sejujurnya, ia sangat menyukai ciuman itu. Ia sangat menikmati bagaimana lututnya melemas ketika merasakan sentuhan lembut di bibirnya. Hanya saja ia merasa ini tak benar. Youngjae hanya menciumnya untuk membantunya merasakan ciuman pertama dan tak ada yang istimewa dari semua itu. Entah mengapa, hal itu membuatnya sedih.

“kau harusnya mencium gadis yang sangat kau cintai. Kau pikir aku menyukainya ketika kau melakukan hal itu? Aku tidak menyukainya! Aku… aku tak perlu bantuanmu.” Kata minha sambil beranjak dari tempatnya duduk.  Ia ingin menangis. Entah mengapa kenyataan bahwa youngjae tak memiliki perasaan apapun padanya membuatnya sangat sedih. Kenyataan bahwa ciuman itu hanya sekedar rasa simpati dan rasa ingin menolong dari youngjae, membuat hatinya sakit. Biasanya Minha pandai mengontrol apa yang ia rasakan, tapi kali ini ia tak dapat mengontrol dirinya sendiri. Ia ingin pergi dari tempat itu.

Belum sempat minha melangkah menjauhi youngjae, ia merasakan sebuah tangan menariknya. Ia ingin protes, tapi ia kembali merasakan bibir itu menyapu bibirnya. Youngjae menciumnya kali ini dengan lebih kasar, lebih memaksa. Minha terkejut. Namun ia telah mampu mengendalikan dirinya. Dengan kasar ia mendorong youngjae untuk menghentikan ciumannya. Kini minha dapat merasakan wajahnya memerah dipenuhi amarah. Ia mengusapkan tangannya dengan kasar di bibirnya, seakan ingin menghapuskan memori tentang ciuman itu.

“apa yang kau lakukan? Aku sudah bilang tak perlu bantuanmu!” bentak minha. Kali ini ia tak dapat menahan air matanya.

Youngjae terdiam mematung. Tak pernah ia membayangkan membuat minha menangis. Kini yang bisa ia lakukan hanya mengutuki dirinya sendiri, Mengutuki otak pintarnya yang tak berpikir panjang.

“noona… aku…” youngjae bergerak maju mendekati minha ketika minha mundur dan menghindarinya.

“jangan mendekat!” bentak minha. Kini air matanya semakin deras. Ia tak menyalahkan youngjae yang hanya berniat membantu, minha lebih menyalahkan diri sendiri karena terlalu lemah, dan hal yang paling tidak disukainya adalah bahwa ternyata dirinya telah menyukai youngjae sedalam ini.

Minha hendak berbalik dan melangkah pergi ketika youngjae menariknya dengan kasar dan membuat minha kini harus berhadapan lagi dengan namja itu. “dengarkan aku noona!” kata youngjae lebih tegas. Minha terdiam menunggu apa yang akan dikatakan youngjae padanya. Mata itu, mata yang sangat disukainya kini menatapnya dengan berbagai macam emosi yang tak dapat minha gambarkan.

“noona, kau menyuruhku untuk mencium gadis yang aku cintai. Aku hanya berusaha melakukannya. Kenapa kau tak mengerti?” minha terdiam dan memandang youngjae, tak mengerti apa yang dimaksudkan namja itu.

“aku mencintaimu, noona! Tak bisakah kau melihatnya? Aku mencintaimu sejak dulu dan menahan perasaan ini membuatku hampir gila!” kata youngjae lagi sambil mencengkram kuat pundak minha, berusaha meyakinkan gadis itu bahwa perasaannya nyata, bahwa ia samasekali tak berniat membantu, karena sejak dulu ia ingin melakukannya. Ia ingin memiliki gadis yang telah bersahabat dengannya dari kecil ini.

Youngjae menghembuskan napasnya. Ada perasaan lega karena ia tak harus menyimpan perasaannya lagi, namun ada rasa khawatir bila semua yang dilakukannya ini akan merusak persahabatan mereka. Youngjae tak dapat membayangkan bila minha tak mau bertemu dengannya lagi, tak mau berbicara dengannya dan memutuskan hubungan diantara mereka. Membayangkan semua itu membuat hatinya sakit. Kini ia menyesal. Bagaimana bila minha meninggalkannya? Apakah ia bisa bertahan seperti itu? Harusnya ia tak mengikuti nalurinya. Harusnya ia menahan diri untuk tidak mencium minha. Perlahan youngjae melepaskan cengkramannya. Memberikan kesempatan pada gadis itu untuk pergi dan meninggalkannya sendiri.

Minha merasakan youngjae melepaskan cengkraman pada bahunya seakan bersedia membiarkannya pergi. Dibandingkan berbalik dan pergi, minha melangkah mendekati youngjae dan kali ini ia yang mencium bibir youngjae. entah darimana keberanian ini berasal, minha hanya melakukan hal yang sangat ingin dilakukannya sejak dulu.

Youngjae kaget dengan perbuatan minha yang mendadak ini. tak menyangka gadis ini akan menciumnya. Namun dengan perlahan youngjae membalas ciuman minha. Youngjae meletakkan kedua tangannya di pinggang gadis itu untuk mengurangi jarak diantara mereka, sedangkan minha melingkarkan tangannya di leher youngjae memperdalam ciuman mereka. berbagai perasaan yang tak dapat dideskripsikan kini menyelimuti mereka berdua.

Setelah beberapa lama, mereka mulai melepaskan diri karena kekurangan oksigen. Youngjae memandang minha yang masih terengah-engah. Senyum kini terlukis di bibir youngjae. entah berapa kembang api yang kini telah meledak-ledak di hatinya saking bahagianya.

“does it mean you accept me, noona?”

“it depends on how much you love me.” Balas minha.

“I love you more than anything in this world. I can’t even look to other girls because of you. I love you so much, till I’m willing to give you all my life!”

Minha terkekeh mendengar pengakuan youngjae. “arraseo….” kemudian minha mengecup bibir youngjae sekilas. “Actually, I love you too” katanya menambahkan.

“you do?” kata youngjae tak percaya. Minha hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia dapat merasakan wajahnya memerah saking malunya. “ne, I love u so much for so long! Aku tak bisa mengatakannya padamu karena aku pikir kau hanya menganggapku sebagai noona.”

“well, itu artinya kau adalah milikku! You’re only mine, noona!” youngjae menambahkan sambil tersenyum bahagia dan menarik minha kedalam dekapannya dan memeluknya erat. Kini ia mendapatkan gadisnya dan tak ada yang lebih membahagiakan dari itu semua.

Minha membalas pelukan youngjae.

“kumawoyo, youngjae-a!” kata minha dalam dekapan yang lebih nyaman daripada kasur empuknya, lebih hangat daripada matahari di pagi hari, dan lebih aman dari apapun di dunia ini.

“untuk apa noona?”

“karena kau telah menjadi ciuman pertamaku.” Kata minha yang membuat youngjae tersenyum.

“kumawoyo, noona.” Kata youngjae sambil melepaskan pelukan mereka. Youngjae memandang wajah minha yang memerah sambil tersenyum kecil.

“wae?” Tanya minha sambil mendongak menatap mata yang paling disukainya itu.

“because you’re my first kiss too.” Kata youngjae sambil mengecup sekilas bibir minha.

“And I’m willing to kiss u everyday, everytime, everywhere. Because right now, I found myself addict to your lips.” Kata youngjae yang kemudian mengurangi jarak di antara mereka dan kembali mencium minha untuk kesekian kalinya.

_FIN_

Categories: Uncategorized | Tags: , , | Leave a comment

[FF] Can’t Deny This Feeling

hai hai hai, lama tak posting lagi 😀

Cast : Xiah Junsu, Kim Heechul
Genre : Romance

Enjoy ya…. maaf klo gaje banget…

“kau mencintainya kan???” kata itu keluar dari bibir seorang gadis sambil menatap namja yang kini sedang duduk di sofa apartemennya. Sudah berkali-kali namja itu curhat padanya.
namja itu mengangguk datar seakan tidak yakin dengan perasaannya sendiri. Gadis itu mengernyitkan alisnya. Ia tak mengerti mengapa sahabatnya bisa jadi begini. Selalu saja bersikap tidak peka terhadap kekasihnya.
“YA KIM JUNSU! Kenapa kau begini hah??” sudah hilang kesabaran gadis itu dengan sikap sahabatnya ini. Ia lelah menjadi penengah diantara Junsu dan kekasihnya itu. Ia lelah untuk selalu memeras otaknya mencari solusi yang tepat untuk mereka berdua. Namja yang diteriakinya hanya terdiam dan terlihat lelah dengan situasi yang kini dialaminya.

*****
Musim gugur telah tiba. Walau cuaca mulai mendingin, namun tetap saja musim gugur memberikan perasaan tersendiri bagi setiap orang. Seorang gadis sedang duduk di taman kampusnya. Di sekitarnya begitu ramai dengan orang-orang yang sedang asik bercanda dan mengobrol. Hanya dia yang terdiam sendirian memikirkan sesuatu yang selalu mengganjal di hatinya, tentang perasaannya.
“Minha-a!” gadis itu menoleh dan mendapati sahabatnya sedang duduk di sampingnya sambil tersenyum ke arahnya. Gadis yang dipanggil minha itu hanya tersenyum sekilas padanya dan kemudian memandangi langit yang entah mengapa terlihat mendung.
“YA! Apa langit lebih menarik daripada aku?” Minha menoleh dan mencibir pada sahabatnya itu. Yang dicibir hanya tersenyum mendapat perlakuan seperti itu. Sesungguhnya, Minha tak sanggup menatapnya. Karena hanya dengan menatap namja di sampingnya membuat hatinya tidak keruan.
“Junsu-a, bagaimana hubunganmu dengan taeyeon?” Tanya Minha. Namja yang dipanggil junsu itu tersenyum sejenak kemudian ikut memandangi langit seperti yang dilakukan oleh Minha. Tanpa perlu jawaban Junsu, Minha tahu bahwa kini hubungan mereka baik-baik saja. Ia hanya tersenyum menatap langit.
“kau tau, kadang aku merasa keputusanku salah.” Kata Junsu tiba-tiba membuat Minha menoleh padanya.
“maksudmu?” balas Minha tidak mengerti.
“entahlah, sepertinya hatiku sudah berkata lain.” Lanjut Junsu membuat Minha menatapnya tajam. Ia tidak mengerti apa yang sedang pikirkan oleh Junsu dengan berkata seperti itu. Ia yakin ini ada hubungannya dengan taeyeon.
“apa ini berhubungan dengan taeyeon?” Tanya Minha sambil terus menatap pada namja di sampingnya itu. Junsu tersenyum. Hanya itu, Minha sudah bisa mengetahui jawabannya. Kadang Ia tidak mengerti dengan sikap sahabatnya itu. Bagaimana mungkin ia bisa berkata begitu ketika semua usaha untuk mempertahankan hubungannya dengan taeyeon sudah membuahkan hasil. Bagaimana mungkin Junsu bisa mengatakan hal seperti itu di hadapannya yang juga sahabat taeyeon. Walau di satu bagian hatinya, ia ingin memiliki namja di sisinya ini. Namun di bagian lain hatinya, ia tidak bisa melakukannya. Ia tidak bisa jadi begitu egois dan hanya memikirkan perasaannya sedangkan orang di sekitarnya menjadi sedih.
“dengar…” kata Junsu sambil memutar tubuhnya memandang Minha yang juga sedang memandangnya. “aku sama sekali tidak tau kenapa ini bisa terjadi, hanya saja…” kata-katanya terputus ketika melihat tatapan Minha padanya. Ia menghela napas sejenak. Ia tahu bahwa sepertinya apa yang akan ia katakan tidak akan mendapat respon yang positif dari gadis ini.
“aku tau kau hanya bingung junsu-a. pikirkan lagi sebelum kau menyesal dan…” kata Minha sambil tersenyum menatap Junsu. “jangan sampai aku harus turun tangan lagi untuk mempersatukan kalian.” Tambahnya lagi. Walau hatinya sakit, tapi ia tidak bisa melihat hubungan kedua orang yang disayanginya ini merenggang. Ia tidak bisa melihat mereka bersedih. Karena itulah, Minha berusaha menepikan perasaannya sendiri dan membantu menjaga hubungan mereka. Walau ia tahu, dirinyalah yang akan menderita dengan ini.
Junsu hanya menatap gadis yang tengah tersenyum padanya itu. Ia merasa tidak berdaya. Ia tak tahu apa yang mesti dilakukannya saat ini. Ia tidak bisa membohongi perasaannya lagi. tapi ia tahu bahwa jika berkata jujur saat ini sama saja dengan kehilangan semuanya.
“arraseo.” Hanya kata itu yang keluar dari mulut Junsu. Untuk kesekian kalinya, ia tidak dapat membantah perkataan Minha.
*****
“Minha-a!” kata seorang lelaki tampan sambil menggoyang-goyangkan tangannya di hadapan gadis yang tengah melamun memikirkan sesuatu.
“ehh… heechul Oppa, kau bilang apa tadi?” balas Minha ketika ia sudah kembali ke alam sadarnya. Entah mengapa kini ia jadi sering melamun.
“kau mau pesan apa?” Tanya namja yang dipanggil Heechul itu sambil tersenyum lembut.
“eh mianhae, aku pesan cappuccino saja Oppa.” Balas Minha sedikit malu dengan tingkahnya yang tidak konsentrasi. padahal ia yang mengajak Heechul pergi duluan, tapi malah dia yang tidak mempedulikan namja itu.
“baiklah” kata heechul sambil menyerahkan pesanan mereka pada pelayan yang menunggu mereka.
“kenapa melamun Minha-a? ada yang mengganggu pikiranmu?” Tanya Heechul lembut sambil tersenyum manis. Minha hanya menggeleng. Ya, akhir-akhir ini ia sering melamun memikirkan Junsu dan Taeyeon. Kini mereka berdua sudah berbaikan. harusnya ia senang dengan itu, namun pada kenyataannya ia tidak bisa. perasaannya menangis. Betapapun ia berusaha menghapus perasaannya, namun ada satu hal yang tidak bisa ia ubah begitu saja. Bahwa ia mencintai Kim Junsu sahabatnya.
“anni Oppa. Hanya masalah kuliah.” Kilah minha sambil tersenyum meyakinkan. Heechul hanya tersenyum menanggapinya dan tidak bertanya lebih jauh tentang hal itu. Ia tidak ingin merusak acara mereka dengan membuat gadis itu tambah sedih.
“Onnie!” Minha yang sedang asik mengobrol bersama Heechul menoleh ke asal suara itu. Ia sedikit terkejut dengan kehadiran Taeyeon di café ini.
“taeyeon-a!” balas Minha. Ia menyadari taeyeon tidak datang sendiri, melainkan bersama Junsu. “junsu-a!” kata Minha sambil tersenyum pada mereka. Ia melihat taeyeon bergandengaan manja pada Junsu. Ada rasa sakit di hatinya, namun di satu sisi ia juga lega melihat dua orang yang penting baginya telah berbaikan. Ia rela harus menderita sendirian dengan perasaannya, asalkan bisa melihat orang yang dicintainya bahagia. Itu sudah cukup baginya.
“emm… taeyeon-a, Junsu-a, kenalkan ini Heechul Oppa. Oppa, kenalkan ini Taeyeon dan Junsu. Mereka sahabatku.” Kata Minha mengenalkan mereka.
“taeyeon Imnida.” Kata taeyeon sambil tersenyum ramah.
“annyeong Taeyeon-shii, Heechul imnida. Senior Minha di jurusan kesehatan.” Balas heechul sambil tersenyum pada Taeyeon.
“annyong Junsu-shii.” Kata heechul pada junsu sambil mengulurkan tangannya. Yang diajak bicara hanya diam mematung, tanpa ekspresi.
“oppa…” taeyeon menyenggol lengan junsu yang sedang terdiam.
“ehh… mianhae… annyong Heechul-shii. Junsu imnida.” Balas junsu sambil mengulurkan tangannya dan tidak lupa tersenyum pada namja itu.
“kalian juga mau makan? Bagaimana kalau kita makan bersama-sama?” kata heechul menawarkan.
“ahh… ide yang bagus. Iya kan Oppa?” balas taeyeon sambil meminta persetujuan Junsu. Yang ditanya hanya mengangguk sambil memaksakan seulas senyum.
*****
“all the things I still remember
Summer’s never look the same
Years go by and time just seems to fly
But the memories remained”
Minha terbangun mendengar handphonenya berbunyi. Dengan enggan ia menjawabnya. “yoboseyo??” katanya setengah mengantuk. Maklum saja, saat ini baru pukul 5 pagi. Minha baru tertidur 3 jam setelah semalaman sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.
“ne… waeyo Taeyeon-a?” Tanya Minha setelah mengetahui siapa yang menelponnya. Minha menegakkan tubuhnya ketika mendengar Taeyeon menangis. Ia tahu sekarang apa masalahnya.
*****
TOK TOK TOK
Minha mengetuk pintu apartemen itu dengan tidak sabar. ia sudah tidak sabar mengeluarkan semua unek-uneknya.
TOK TOK TOK
Lagi. ia mengetuknya dengan lebih keras dari sebelumnya. “aisshhh, awas kau Kim Junsu!!!” runtuk Minha. Ya, pintu yang sedari tadi diketuknya dengan tidak sabaran adalah pintu apartemen Kim Junsu.
Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya pintu apartemen itu terbuka. Dilihatnya seorang namja dengan masih menggunakan pakaian tidurnya dan setengah mengantuk sedang berdiri di hadapannya.
“ada apa kau….” Belum ia menyelesaikan kalimatnya, Minha sudah menariknya masuk ke apartemen. Namja yang tak lain adalah Junsu hanya menuruti sahabatnya itu.
Minha berdiri di hadapan Junsu dengan tatapan yang tidak bersahabat seperti biasanya. Junsu tahu itu. Ia tahu jika ini akan terjadi. Minha pasti akan menanyakan perihal mengapa ia memutuskan hubungan dengan taeyeon.
“waeyo?” hanya kata itu yang keluar dari mulut Minha. Junsu menghela napas. Sudah saatnya ia mengakui semuanya. Sudah saatnya semua ini diluruskan.
“mengapa kau memutuskan taeyeon?” Tanya Minha lagi. Junsu masih terdiam sambil menatap Minha.
‘YA KIM JUNSU! Jawab aku, mengapa kau memutuskan Taeyeon?????” Tanya Minha tidak sabaran. Ia kesal. Sangat amat kesal karena Junsu sama sekali tidak menjawabnya.
“salahkah aku melakukannya?” junsu bertanya balik pada Minha. Hanya kata itu, membuat minha bertambah kesal berkali-kali lipat.
“pertanyaan apa itu? Tentu saja kau salah! Mengapa kau tega melakukan hal itu? Kau tau tidak, Taeyeon menangis terus sejak tadi! ia sangat mencintaimu!” balas Minha. Ia benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Junsu. Ia telah menepikan semua perasaannya pada namja di hadapannya ini. Ia telah meredam sakitnya sendiri dan membantu memperbaiki hubungan taeyeon dan Junsu. Namun kini, junsu seakan tidak lagi peduli dengan yang telah diperjuangkannya.
“mengapa hanya perasaan taeyeon yang kau pikirkan? tidakkah kau menanyakan perasaanku?” junsu terlihat menunduk. Sesungguhnya ia tidak sanggup menahan perasaannya lagi. ia harus berkata jujur.
“tentu saja aku tau kau mencintainya Junsu-a! aku selalu membantumu mempertahankan hubungan kalian.” Jawab Minha sedikit bingung dengan perubahan sikap sahabatnya itu. Ia merasa Junsu benar-benar tidak berdaya dengan semua yang terjadi.
“benarkah kau membantuku? Atau membantu taeyeon? Aku tidak pernah memintamu untuk membantuku mempertahankan hubungan kami. Kau selalu melakukannya karena kasihan pada taeyeon. Kau selalu melakukannya sendiri tanpa bertanya dulu bagaimana perasaanku yang sebenarnya.” Kata junsu dengan nada datar. Minha terdiam mendengar junsu berbicara. ‘benarkah itu yang kulakukan?’ batin Minha.
“aku pernah bilang padamu bahwa aku ingin mengakhirinya. Tapi kau selalu bersikeras bahwa aku harus tetap menjalaninya. Kau yang menyuruhku melakukannya. Kau tidak sadar?” tambah Junsu sambil menatap sendu pada Minha.
“Junsu-a, aku…” belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Junsu sudah memotong kata-katanya.
“aku tidak lagi mencintainya. Aku sudah mengatakannya pada taeyeon. Aku sudah berkata jujur padanya tentang perasaanku. Salahkah aku melakukannya? Aku hanya tidak ingin membuatnya bertambah menderita bersamaku yang tidak memiliki perasaan apapun padanya.”
Minha menghembuskan napasnya perlahan. “lalu mengapa kau tidak mengatakannya dari dulu?”
“kau tidak memberiku kesempatan melakukannya.” Balas Junsu. “kau selalu memberitahuku untuk menjalani hubungan itu. Kau yang…”
“lalu mengapa kau tidak membantahku?” Tanya minha langsung. Ia kesal ketika junsu membawa dirinya dalam masalah ini. Salahkah jika ia hanya berniat membantu? Mengapa Junsu tidak menolak saja? Tidakkah junsu tahu bagaimana perasaannya ketika membantu mereka?
“karena aku tidak sanggup membantahmu.” Kata junsu lirih. Minha tercekat mendengarnya. Ia tidak pernah menyangka Junsu akan mengatakan hal seperti itu. Ia tahu jika mereka telah bersahabat sangat lama, tapi ia tidak pernah tahu bahwa Junsu tidak bisa membantah perkataannya.
“waeyo? Aku tidak akan marah jika kau menolak saranku.”
“karena aku…” Junsu menghentikan ucapannya. Ia kembali menatap mata gadis di hadapannya. Seakan berusaha menjelaskan semuanya melalui matanya.
“karena apa?” Tanya minha tak mengerti dengan Junsu.
“karena aku… sejak lama…” kata Junsu sedikit ragu. “ karena aku… mencintaimu.” Kata Junsu membuat Minha terdiam. Ia tidak bisa mempercayai perkataan sahabatnya itu. Berbagai perasaan kini menggelayutinya. Antara terkejut, kecewa, bersalah, namun ada rasa senang disana.
“mwo?” hanya itu yang keluar dari bibir mungil Minha. Ia tidak yakin dengan apa yang junsu katakan.
“aku mencintaimu, Minha-a!” kini junsu terlihat tegas saat mengucapkannya. Ia tidak ingin Minha salah sangka lagi dengan perasaannya. Ia tahu resikonya, tapi kini ia sudah tidak peduli lagi. perasaannya sudah tak dapat ia bendung. Perasaannya terlalu kuat.
“Junsu-a…” minha kehilangan kata-katanya. Ia tidak tahu apa yang musti dikatakannya. “aku rasa kau hanya bingung. Kau… Kau sebaiknya memikirkannya dulu dengan baik. A… aku permisi dulu.” Kata Minha sambil beranjak pergi. Ia ingin segera pergi dari tempat ini. Ia tak sanggup bertatapan langsung dengan Junsu. Harusnya ia senang karena perasaannya terbalaskan, namun ia tidak bisa. ia tak bisa merasa bahagia namun di sisi lain taeyeon bersedih karena ini.
Belum sempat ia membuka pintu apartemen Junsu. Sebuah tangan yang terasa begitu hangat menahannya dan menariknya hingga ia berbalik menatap sosok itu. Ingin sekali ia menangis sekarang. Perasaan bersalah pada taeyeon dan perasaannya sendiri, kini membuatnya bingung.
“aku yakin dengan perasaanku. Bahkan 1000 tahun lagi, aku yakin dengan perasaan ini.” Kata Junsu mantap.
Minha merasakan airmatanya keluar tanpa sepengetahuannya. Perasaannya kacau. Ia tidak menyangka bahwa dirinyalah yang menyebabkan semua ini. Apa yang harus ia katakan pada taeyeon?
“uljima.” Kata Junsu sambil menghapus air mata gadis yang sangat dicintainya. “jebal uljima. Aku tak sanggup melihatmu menangis. Mianhae saranghamnida.” Kata-kata Junsu membuat Minha semakin merasa bersalah. Kini airmatanya sudah tak bisa ia bendung lagi. ia benar-benar bingung dan tak tahu harus bagaimana.
Hati junsu sangat sakit melihat gadis dihadapannya menangis. Ia tahu, ini kesalahannya. Tapi semuanya sudah terjadi dan ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. dengan perlahan dipeluknya tubuh gadis itu. Ia benar-benar tak ingin kehilangan. Ia tak sanggup kehilangan gadis yang begitu dicintainya. Dieratkannya pelukan pada Minha yang masih menangis. “jeongmal Mianhae, Minha-a. semuanya kesalahanku.”
Minha merasa begitu nyaman berada dipelukan sahabatnya ini. Sudah lama ia tidak merasakannya. Sejak Junsu resmi berpacaran dengan taeyeon, ia tidak pernah lagi memeluk Junsu. Minha membalas pelukan Junsu. Ia begitu merindukan saat seperti ini.
Junsu melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipi minha dengan kedua tangannya sambil tersenyum lembut. “saranghae Minha-a. aku tau ini bukan saat yang tepat, aku tau kau tidak siap mendengar semua ini. Tapi percayalah bahwa perasaanku nyata. Kau tau bagaimana kacaunya aku ketika melihatmu bersama pria lain? Aku hampir gila karena tidak bisa mengatakan perasaanku yang sebenarnya.”
Minha hanya memandang namja dihadapannya. Jika ia harus jujur, ia juga mencintai Junsu. Sangat mencintainya. Sejak dulu, sejak pertama mengenal junsu, ia sudah mencintai pria itu. Tapi bagaimana dengan taeyeon? Ia tidak bisa mengabaikan perasaan gadis itu. Ia akan merasa sangat jahat jika melakukannya.
“Junsu-a…” kata-kata Minha terputus ketika junsu membungkamnya dengan bibirnya. Dengan lembut Junsu mengecup bibir gadis itu. Minha hanya terdiam. Disatu sisi ia sangat menikmati kecupan lembut di bibirnya, namun disisi lain ia merasa begitu bersalah. Ia tak dapat memutuskan tindakan yang harus ia ambil.
*****
“onnie…” dengan cepat Minha mendorong tubuh Junsu menjauhinya. Kini ia kembali ke alam nyata. Minha membalikkan badannya. hatinya mencelos melihat seorang gadis yang sedang menatapnya sambil berusaha menahan airmatanya.
Junsu terdiam. Ia tidak tahu apa yang musti dikatakannya. Taeyeon disana, melihat hal yang baru dilakukannya. Ia yakin, Minha pasti akan menyalahkan diri sendiri lagi. junsu tahu Minha menemuinya agar dirinya kembali pada Taeyeon. Tapi apa yang baru dilakukan junsu? Ia membuat semuanya bertambah rumit.
“Taeyeon-a, dengar…” belum sempat Minha menyelesaikan kalimatnya, gadis itu sudah berlari pergi. Minha menyesali tindakannya yang tidak menolak saat junsu menciumnya. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Tanpa pikir panjang, Minha mengejar taeyeon yang berlari keluar apartemen. Ia ingin menjelaskan semuanya. Ia ingin memperbaikinya. Walau ia tahu bahwa semua ini akan sulit diperbaiki lagi.
Junsu mengejar kedua gadis yang tengah berlari ke luar gedung apartemen. Pandangannya terhenti ketika melihat taeyeon di tengah jalan. Napasnya memburu. Dengan cepat ia berlari ke arah taeyeon yang sebentar lagi akan dihantam oleh sebuah mobil yang melintas.
‘YAAAAA!!!!!!!!!” teriak Junsu berusaha mempercepat larinya.
BRAKKK.
Junsu terdiam ditempatnya. Ia terlambat.
*****
5 tahun kemudian.
Seorang gadis sedang berkeliling kota seoul sambil sesekali memotret pemandangan yang dianggapnya menarik. Sudah 5 tahun berlalu sejak ia meninggalkan kota ini. Meninggalkan semua kenangan yang berusaha ia lupakan. Ia teringat kembali pada dua orang yang begitu disayanginya. Hatinya sakit ketika mengenang saat itu. Namun ia senang, akhirnya mereka bisa bersama lagi.
“Minha onnie?” gadis yang dipanggil Minha menoleh ketika mendengar namanya dipanggil. Ia terdiam. Dilihatnya seorang gadis sedang berdiri di hadapannya. Sejenak kemudian Minha tersenyum. “annyong taeyeon-a.”
*****
“bagaimana keadaan Onnie?” tanya taeyeon ketika mereka telah duduk di sebuah cafe. Sudah lama sejak ia tidak berkomunikasi dengan Onnie-nya ini. Ia merasa bersalah dengan semua yang telah terjadi. Semua karena keegoisannya.
“baik. Bagaimana denganmu?”
“baik. Emm, Onnie…” kata taeyeon ragu.
“ne..?”
“Mianhae…” hanya kata itu yang keluar dari bibir mungilnya.
“untuk apa?” tanya Minha bingung.
“Mianhae. Karena aku, kau harus menjalani operasi berkali-kali. Mianhae karena aku, kau mengalami kecelakaan.” Kata taeyeon sambil tertunduk. Ia ingat jelas kejadian itu. Ketika dirinya hampir tertabrak sebuah mobil saat berlari menghindari Minha, namun Minha-lah yang telah menyelamatkan hidupnya dengan mengorbankan dirinya sendiri.
“sudahlah. Semuanya sudah terjadi. Yang terpenting, kini semuanya sudah baik-baik saja.” Jawab minha sambil tersenyum tulus. Ya, kecelakaan itulah yang menjadi alasannya meninggalkan seoul. Karena kecelakaan itu, keadaan jantungnya menjadi bertambah buruk hingga ia harus menjalani operasi penggantian katup jantung. Minha mengidap kelainan jantung sejak kecil, kebocoran dan penyempitan saluran katup aorta-nya yang menyebabkan dirinya tidak bisa beraktivitas normal sejak kecil. Ia mengetahuinya, namun sengaja ia rahasiakan dari junsu dan juga taeyeon. Ia tidak ingin hal itu membebani mereka. Orangtua Minha langsung membawa Minha ke USA untuk menjalani operasi pada jantungnya karena mereka ingin minha sembuh dengan fasilitas terbaik yang ada di dunia. Selama 3 bulan, Minha menjalani berbagai runtutan tindakan operasi yang sangat menyakitkannya. Sejak saat itu, Minha menetap disana dan melanjutkan pendidikannya di negara adidaya itu selama 5 tahun. Namun kini ia kembali, karena ia merasa sudah tak perlu lagi menghindari masa lalu. Lagipula, taeyeon dan Junsu sudah bahagia.
“kumawo onnie.” Balas taeyeon sambil tersenyum. “oh iya onnie…”
“ne?”
“minggu depan aku akan menikah. Kau harus datang ya!”
‘deg’ minha tersentak. ‘Menikah? Secepat itukah?’ batinnya. Ia kini melihat taeyeon sedang tersenyum bahagia. ‘apakah ini akhir semuanya? Akhir perasaanku pada junsu?’ batinnya lagi.
Drrttt.. drrttt…
Taeyeon meronggoh saku celananya. Dengan cepat ia menjawab telepon itu. “Oppa, kau dimana? Ne… aku menunggumu. Ne…” taeyeon segera menutup ponselnya dan tersenyum lagi ke arah Minha.
“onnie, sebentar lagi ia datang.” Kata taeyeon. Minha hanya balas tersenyum tanpa bisa berkata apa-apa lagi. junsu akan datang. Namun hatinya masih terasa sakit. Ia tak yakin apakah ia sanggup untuk berhadapan langsung dengan namja hingga kini masih mengisi relung hatinya.
*****
“itu dia!” kata taeyeon sambil melambaikan tangannya. Minha menoleh. Alisnya sedikit terangkat. ‘oppa?’ batin minha.
“annyong Minha-a.” Kata namja yang telah duduk di samping taeyeon. Minha masih menatapnya dengan bingung.
“onnie, kau ingatkan pada heechul oppa? Dia calon suamiku.” Kata taeyeon sambil tersenyum lagi. Minha hanya terdiam melihat mereka. ‘calon suami? Heechul oppa?’ batin minha.
“kau pasti mengira bahwa aku akan menikah dengan junsu oppa, kan?” tebak taeyeon ketika melihat ekspresi bingung di wajah Minha.
“kami hanya berteman Onnie. Aku tidak mungkin bertindak egois seperti dulu. Lagipula, kini aku mencintai heechul oppa. Iya kan Oppa?” kata taeyeon sambil tersenyum manja pada heechul.
Heechul balas tersenyum pada taeyeon, kemudian beralih menatap minha. “kau tidak senang melihat kami bersama?” tanya heechul pada Minha sambil pura-pura memasang wajah sedih.
“a…anniyo oppa! Aku senang. Senang sekali melihat kalian bahagia. Hanya saja…” Minha terlihat ragu dengan dirinya sendiri, kini pikirannya dipenuhi dengan kim junsu. Ia ingin mengetahui keadaan namja itu.
“kau tenang saja onnie. Dia baik-baik saja. Dan dia masih menunggumu.”
*****
Minha sedang berdiri di depan gedung apartemennya yang dulu. Tempat yang penuh dengan kenangan. Dimana ia sering bercanda dan tertawa bersama dengan Junsu. Setelah memantapkan hatinya, minha akhirnya masuk ke dalam gedung itu. Kini kakinya melangkah ke apartemen junsu. Ya, ia dengar dari taeyeon bahwa junsu masih tinggal disana.
Tok tok tok…
Minha mengetuk pintu apartemen di hadapannya. Jantungnya berdetak cepat membayangkan dirinya akan bertemu lagi dengan junsu.
Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya pintu itu terbuka. Namun bukan Junsu yang membukanya. Seorang gadis dengan piamanya kini berdiri di hadapannya.
“annyong… anda mencari siapa?” kata gadis itu ketika minha tidak kunjung bersuara.
“ehh… aku ingin bertemu dengan pemilik apartemen ini. Ehh maksudku…” minha belum selesai berbicara ketika ia mendengar suara orang yang begitu ia rindukan.
“Dikha-a, siapa yang datang?” minha kini melihatnya. Namja itu berdiri di hadapannya dengan piama yang sama dengan yang dikenakan gadis di sampingnya.
Junsu meyakini pengelihatannya. Dihadapannya kini berdiri seorang gadis yang begitu ia rindukan. “Minha-a?” hanya kata itu yang keluar dari bibirnya.
“annyong Junsu-a. Lama tidak berjumpa. Errr, sepertinya aku salah waktu kunjungan. Emm, nanti kita ngobrol lagi ya…annyong.” kata minha sambil membungkukkan badannya memberi salam sebelum pergi meninggalkan tempat itu.
Junsu merasa ada kesalahpahaman disini. Minha pasti berpikir macam-macam tentangnya dan juga dikha. Dengan cepat Junsu mengejar Minha yang sedang berjalan menjauh. Ia tidak bisa kehilangan gadis itu lagi.
“minha-a…” akhirnya junsu bisa menggapai lengan gadis yang begitu ia cintai. Gadis itu tidak menoleh ke arah junsu, melainkan hanya menundukkan wajahnya.
“dengar… aku bisa jelaskan semuanya.”
“menjelaskan apa junsu-a? Aku tidak mengerti dengan ucapanmu.” Kilah Minha berusaha terdengar senormal mungkin. Jika selama 5 tahun ini junsu mendapatkan sebuah cinta, maka itu wajar saja. Ia senang setidaknya junsu telah bahagia.
Junsu melepaskan tangan minha. Gadis itu langsung melangkah menjauhinya.
“dia dongsaengku!” kata junsu setengah berteriak. Minha menghentikan langkahnya berusaha meyakini pendengarannya.
“kau tidak ingat padanya?” kata junsu lagi ketika minha telah menghentikan langkahnya. “dia adikku yang sejak kecil tinggal di jepang bersama omma-ku. Kau tidak ingat padanya?” kini junsu melangkah mendekati Minha yang masih berdiri memunggunginya. Junsu kemudian membalik tubuh gadis itu hingga kini mereka berdiri berhadapan.
“dongsaengmu?” tanya Minha tak percaya.
Junsu hanya mengangguk sambil tersenyum.
“aku kira dia itu…”
“aku masih menunggumu Minha-a.” Potong junsu. Minha terdiam mendengarnya. Berbagai perasaan kini berkecamuk di hatinya. Namun kali ini, perasaan lega dan senanglah yang mendominasi.
“aku pernah mengatakan padamu bahwa perasaanku tidak akan berubah bahkan hingga 1000 tahun lagi. kini semua tidak berubah. saranghae yeongwonhi, Minha-a.” Kata junsu tulus sambil tersenyum lembut ke arah gadis itu.
“na…”
“hmm??”
“na… do saranghae Junsu-a.” Kata minha akhirnya. Setelah sekian tahun menyimpan kata-kata ini, akhirnya ia bisa mengucapkannya. Akhirnya ia bisa mengatakan perasaannya yang sebenarnya pada junsu.
Dengan lembut Junsu menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Perasaannya lega. Kini ia tidak akan melepaskannya. Tidak akan pernah membiarkan minha pergi meninggalkannya. “jeongmal bogoshippo.” Kata Junsu sambil terus memeluk erat gadis itu.
“aku tidak akan meninggalkanmu lagi.” hanya kata-kata itu membuat junsu yakin bahwa kisahnya telah berakhir bahagia.
-FIN-

Gimana2??? Gaje banget ya??? Hahahaha… memang author kurang bakat soal beginian…
Thx uda baca… Komen ya 😀

Categories: fanfic | Tags: , | Leave a comment

Because of You [Part 3]

Because of You [Part 3]

cast :

Xiah Junsu

Shina widanti (fiction girl)

Max Changmin

yuuri (pinjem namanya ya yuur ^__^)

DBSK

other cast.

“Junsu-a, jadi tadi kau yang menabrak Shina?” tanya Junho pada saudara kembarnya ini.

Junsu hanya mengangguk dan masih bertampang kesal.

“Junsu-a, kenapa kau bisa dikejar-kejar fans begitu?” tanya Nyonya Kim dengan lembut.

“itu… aku ingin berjalan-jalan setelah lama tidak kembali ke korea. aku tidak tau kalau ada fans yang mengikutiku hingga akhirnya dia mengajak teman-temannya meminta foto dan tanda tanganku.” Kata Junsu panjang lebar.

“Oppa, kenapa kau juga mengajak Shina ikut berlari?” tanya yuuri yang ikut dalam pembicaraan.

“fansku pasti melihatku berbicara dengannya. Kalau dia tidak ikut lari, bisa-bisa dia dikeroyok habis-habisan sama mereka. Bukannya berterima kasih!” kata Junsu dengan tampang sebal ke arah Shina.

Shina dari tadi hanya memandangnya dengan tajam. Ia merasa sangat kesal pada Junsu.

“Dan benarkah kau tidak tau TVXQ??? Masa Omma tidak pernah cerita padamu?” selidik junsu.

“Yaa!! Mana tau aku kalau DBSK punya nama lain. Memang semua orang harus kenal padamu?!” balas Shina setengah berteriak.

“Yaa!! kenapa kau berteriak padaku?!” kata Junsu dengan kesal sambil menaikkan suaranya.

Semua yang ada di ruangan itu menyadari adanya tanda-tanda peperangan antara Shina dan Junsu. Mereka berusaha mencairkan suasana.

“Shina-a, kau pasti lelah. Kau sudah makan?” tanya Nyonya Kim dengan halus.

“sudah ajumma. Aku mau ke atas dulu. Permisi…” kata Shina sambil berdiri dan membungkukkan badannya. Ia lalu beranjak ke kamarnya dengan tampang kesal.

“ya!! Kau ini tidak sopan sekali!” kata Junsu ketika melihat Shina pergi begitu saja.

“Junsu-a! kau ini… kalau bukan karenamu, dia tidak mungkin sekesal itu.” Kata Junho yang balik memarahi junsu.

“Hyung, kenapa kau malah menyalahkanku? Aku sudah berbaik hati padanya… huuhhh..” kata Junsu yang bertambah kesal. Kenapa semua orang menyalahkannya? Junsu tidak habis pikir, kenapa dunia bisa sesempit ini dan saking sempitnya, gadis aneh itu ternyata tinggal di rumah orang tuanya.

“Oppa! Kau tau tidak, Kau sudah membuatnya kehilangan gelangnya! Kau yang harusnya minta maaf!” kata yuuri memarahi Oppa-nya ini.

“Mwo? Gelangnya hilang? Memangnya salahku?” tanya Junsu lagi.

“gelangnya hilang sewaktu kau menabraknya!” kata yuuri.

“aku bisa ganti! Kenapa dia tidak minta ganti rugi aja?” kata Junsu enteng.

“Yaa!!! Oppa, kau tidak tau benda itu begitu penting baginya! Sama pentingnya dengan liontinmu itu!” kata yuuri yang mulai kesal dengan tingkah Junsu.

Junsu terdiam. Tiba-tiba ia merasa telah bertingkah keterlaluan.

“Junsu-a, sudahlah tidak usah dipikirkan. Sebaiknya kau istirahat dulu. Pasti kau capek sekali kan? Sudah makan malam?” kata Omma-nya dengan lembut.

“sudah Omma. Tadi aku makan dengan Changmin. Aku ke kamar dulu… permisi.” Kata Junsu yang mendadak merasa lemas. Semua orang yang ada di ruang keluarga hanya melihatnya dengan heran. Tadi Junsu begitu kesal, sekarang ia tiba-tiba diam seperti ini.

****

Shina merebahkan diri di tempat tidurnya yang empuk. Perasaannya masih kacau. Ia sedih karena kehilangan gelangnya dan juga kesal karena orang yang membuat harinya hancur ternyata adalah Kim Junsu.

kenapa dunia bisa sempit begini? Kenapa harus bertemu dengan orang menyebalkan itu? Dari jutaan laki-laki di dunia ini, kenapa musti dia??? Menyebalkan sekali!!!” kata Shina gusar. Ia lalu menyalakan ipodnya dan memasang headset-nya di telinganya. Ia berusaha untuk melupakan hari menyebalkan ini dan mendengarkan lagu favoritnya.

****

Junsu terdiam di kamarnya sambil merebahkan diri di tempat tidur. Perasaannya tak kalah kacau dengan yang dialami Shina. Ia merasa sangat bodoh dan keterlaluan pada gadis itu.

Yaa!!! Oppa, kau tidak tau benda itu begitu penting baginya! Sama pentingnya dengan liontinmu itu!

Junsu teringat dengan kata-kata yuuri barusan.

“Minha-a, apa aku begitu keterlaluan?” kata Junsu sambil menggenggam liontin yang selalu ia pakai kemanapun ia pergi.

Junsu terus memandangi langit-langit kamarnya hingga akhirnya ia tertidur karena kelelahan.

****

Shina bangun dengan malas. Ia ingin tidur lagi, namun jam bekernya sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Ia lalu bangun dan merapikan dirinya. Perasaan sudah mulai baikan. Ia tidak sekesal kemarin. namun tetap saja, kenyataan bahwa Junsu juga tinggal satu atap dengannya membuat Shina kembali dongkol.

argh!!! Kenapa harus dia?!” katanya gusar.

****

Shina turun ke lantai bawah. Dilihatnya Junsu sedang duduk santai di ruang keluarga. Dengan cuek shina berjalan melewatinya menuju dapur. Shina ingin mencari Nyonya Kim, namun ia tidak di ada di dapur. Dengan kecewa, ia melangkahkan kakinya kembali ke ruang keluarga.

“kau mencari omma?” tanya Junsu saat Shina memasuki ruang keluarga.

“ne…” jawabnya singkat.

“Omma sedang pergi keluar sama Appa.” Balas Junsu.

“hmm… Junho oppa mana? Masih tidur?” tanya Shina lagi.

“hyung sedang keluar.” Jawab Junsu singkat.

“hmm… yasudah” kata Shina dan ia pun langsung beranjak menuju kamarnya lagi.

“kau sudah makan? Omma sudah membuatkanmu sarapan. Sebaiknya kau makan dulu.” Kata Junsu ketika melihat Shina akan kembali lagi ke kamarnya.

Shina menghentikan langkahnya. “ne…” katanya singkat dan kembali berjalan menuju dapur.

“emm, Shina-a…” kata Junsu dengan sedikit ragu.

Shina menoleh ke arahnya, menunggu apa yang akan Junsu katakan.

“Mianhae…” kata Junsu sambil menatap lantai rumah.

“untuk apa?” balas Shina yang kini menatap lurus ke arah Junsu.

“Mianhae, aku telah membuatmu kehilangan gelangmu. Mianhae, karena aku membuatmu kesal kemarin.” Kata junsu dengan menyesal.

Shina menghela napasnya. Ia ingin marah, namun sudah tak ada gunanya lagi. lagipula Junsu sudah meminta maaf padanya, Shina merasa kurang enak jika harus marah terus padanya.

“gwenchana… tidak usah dipikirkan.” Kata Shina sambil tersenyum.

“tapi aku sudah menghilangkan gelangmu. Aku akan berusaha mencarinya.”

“tidak usah… lagipula, sejak dulu aku ingin membuangnya. Cuma tidak pernah rela. Sekarang dia uda hilang, jadi aku tidak perlu lagi memikirkannya.” Kata Shina lagi. ya, ia ingin membuangnya. Shina berusaha membuangnya, namun hatinya masih tidak rela. Karena ia sudah berjanji untuk menjaganya, membuat shina tidak bisa membuangnya.

“membuangnya? Waeyo?” tanya junsu heran.

“anni… lupakan saja.”

“baiklah, terserah kau saja kalau tidak mau cerita. Emm shina-a..” kata junsu lagi.

“ne?”

“bisakah kita menjadi teman. Maksudku, kita tinggal di tempat yang sama. Rasanya aneh jika seperti ini.” Kata junsu dengan ragu.

“aku juga berpikir seperti itu. Rasanya canggung jika seperti ini.” Kata Shina mengiyakan perkataan Junsu.

“Bagus… kau bisa memanggilku oppa seperti kau memanggil Junho hyung. Semoga kita bisa menjadi teman.” Kata Junsu sambil tersenyum lega.

“ye, oppa. Kau sudah makan?”

“sudah. Hanya kau yang belum.”

“hmm… baiklah, aku sarapan dulu ya…” kata Shina sambil beranjak meninggalkan Junsu.

“Shina-a…” panggil Junsu lagi.

“ne?”

“kau ini tidak bisa bangun pagi ya? Masa anak gadis bangunnya siang begini?” tanya Junsu dengan asal. Shina membelalakkan matanya.

“ya!!” kata Shina. Baru saja tadi baikan, sekarang Junsu mulai membuatnya kesal lagi.

“Cuma becanda… peace!” kata Junsu sambil nyengir dan membentuk huruf V dengan tangannya.

“Ya!! Kau ini!” kata Shina kesal.

“hahahaha…. lihat wajahmu! Lucu sekali… hahahahaha” Junsu tertawa sambil menunjuk wajah Shina yang sedang kesal. Kontan saja wajah Shina langsung memerah seperti tomat dan Junsu kembali tertawa saat melihatnya.

“aissshhh!!” kata Shina yang langsung beranjak ke dapur tanpa mempedulikan Junsu yang masih tertawa.

lucu juga tawanya.” Batin Shina sambil tersenyum.

****

Shina telah selesai sarapan. Ia merasa bosan tinggal dikamarnya dan beranjak ke ruang keluarga. Disana ia melihat Junsu sedang menonton TV sambil tertawa. Dengan canggung, ia melangkahkan kakinya mendekati junsu.

Junsu melihat kehadiran Shina langsung berhenti tertawa.

“ehheem… boleh ikutan nonton?” kata Shina sedikit ragu.

“tentu saja.” Balas Junsu sambil tersenyum ramah. Shina lalu duduk di sebelah Junsu dengan sedikit canggung.

“lagi nonton apa? Seru sekali.” katanya membuka percakapan.

“ahh… ini Explore Human Body. Lucu sekali… kamu pernah nonton?” tanya balik Junsu.

Shina menggeleng. “aku jarang nonton TV selama di korea. lebih sering jalan-jalan.”

“ahh… acara ini bagus lho! Buat menghilangkan stress…”

“benarkah?”

“hmm… liat saja…” kata Junsu yang kemudian kembali dalam acara menonton TV-nya. Shina juga ikut memperhatikan adegan kocak yang ada di TV. Shina ikut tertawa bersama junsu walaupun ia tidak mengenali artis-artis yang sedang ia tonton. Yang pasti, acara itu membuatnya tertawa.

“kau tau siapa mereka?” tanya junsu tiba-tiba.

“anni… siapa mereka?”

“mereka itu Super Junior. Junior kami di SM. Enternatainment. Nah, yang kocak itu, namanya hyukjae atau lebih dikenal dengan eunhyuk. Dia sahabatku sejak di sekolah dasar.” Kata junsu setengah menjelaskan.

“ahh… mereka lucu sekali. Super Junior itu juga boyband ya?”

“ne… mereka juga boyband seperti kami dan jumlah anggota mereka 13 orang.”

“hah? Benarkah? Banyak sekali.” kata Shina heran. Seumur hidupnya, ia tidak pernah melihat sebuah boyband beranggotakan 13 orang.

“benar. Walau banyak begitu, mereka punya talenta masing-masing dan itulah yang membuat mereka unik. Sahabatku itu, eunhyuk, dia rapper dan lead dancer-nya.”

“ahh… ne. Pasti dia keren sekali.”

“aku juga bisa dance seperti dia! Dulu aku sering latihan bersamanya.” Kata junsu. Ia tidak ingin Shina menganggap Eunhyuk lebih keren darinya.

“arasseo…” kata Shina lagi.

“lalu yang itu siapa?” tanya shina sambil menunjuk seorang namja yang rambut depannya di cat pirang dan tampangnya sangat manis.

“itu donghae. Dia juga salah satu lead dancer, rapper, dan juga vokalis.” Jawab Junsu.

“ahh… sepertinya dia keren!” kata Shina tiba-tiba.

“ne?” tanya Junsu tidak percaya.

“sepertinya aku akan jadi fans-nya. Hehehehe” kata Shina sambil nyengir.

“ahh… arasseo. dia memang tampan.” Kata Junsu sedikit kecewa. “eh Shina-a….. “

“ne?”

“benarkah kau tidak pernah dengar tentang boyband korea? maksudku, kau tidak tau tentang kami?”

“ahhh itu.. mian Oppa, dulu aku tidak mengerti bahasa korea. makanya aku kurang tertarik dengan lagu-lagunya. Tapi aku sering nonton drama korea.”

“benarkah? Apa?” tanya Junsu sedikit bersemangat.

“aku pernah nonton Endless Love, Stairway to heaven, dan… emmm apa lagi ya judulnya.” Kata Shina sambil mengingat-ngingat drama korea yang pernah di tontonnya.

“ahhhh, arasseo. kamu tidak pernah dengar lagu korea, tapi sering nonton dramanya? Yahh, setidaknya kamu taulah tentang korea.” kata Junsu sambil tersenyum manis. Shina membalas senyum junsu.

“lalu, kau suka lagu apa? Yang sering kau dengar.” tanya junsu lagi.

“aku suka lagu…” Shina belum selesai berbicara ketika handphone-nya berbunyi.

So get back, back, back to where we lasted.

Just like I imagine.

I could never feel this way.

So get back, back, back to the disaster.

My heart’s beating faster.

Holding on to feel the same”

Shina dengan cepat meronggoh saku celananya. “siapa ya? Nomer indonesia.” katanya dalam hati. Shina lalu menjawab telepon itu.

halo… selamat pagi.” kata Shina sopan. Junsu hanya memperhatikan Shina yang sedang berbicara dalam bahasa yang tidak dimengertinya.

Shina tiba-tiba terdiam. Ia dengan cepat memutus sambungan telepon dengan orang itu.

“waeyo? Kenapa kau kaget? Ada masalah?” tanya Junsu khawatir.

“anni… hanya orang salah sambung.” Kata Shina singkat dan sedikit gugup.

Junsu memandang gadis yang duduk di sampingnya dengan heran. Tawa gadis itu kini tiba-tiba menghilang begitu saja. Junsu merasakan ekspresi sedih dan terluka terpancar dari wajah Shina.

“benarkah?” tanya junsu lagi.

“hmm… eh oppa, aku ke atas dulu ya…” kata Shina sambil tersenyum dan kemudian bangkit dari tempatnya duduk.

Junsu hanya memandang Shina yang berlalu begitu saja.

“Oppa..” kata Shina tiba-tiba sesaat setelah ia beranjak dari tempatnya duduk.

“ne?” kata Junsu sedikit kaget.

“seperti itu…”

“ne? apanya?” tanya junsu tidak mengerti.

“seperti itu, jenis lagu yang sering aku dengar. Seperti ringtone handphone-ku.” Kata Shina yang kembali tersenyum pada Junsu dan kemudian beranjak ke kamarnya.

Junsu masih diam mematung berusaha mencerna kata-kata Shina. Sesaat kemudian, Ia tersenyum. “seperti itu ya? Tidak buruk.”

Junsu kembali melanjutkan acara nonton TV-nya. Walau matanya tertuju pada TV di depannya, namun pikirannya melayang kemana-mana.

“dia… seperti orang yang aku kenal…” kata Junsu sambil tetap memandang TV.

“tapi siapa?” tanya Junsu pada dirinya sendiri.

Continue ^^

Categories: fanfic | Tags: , , , , , , , , | 8 Comments

Because of You [Part 2]

Because of You [part 2]

cast :

Xiah Junsu

Shina widanti (fiction girl)

Max Changmin

yuuri (pinjem namanya ya yuur ^__^)

DBSK

other cast.
dasar orang aneh! Kenapa aku harus kenal padanya? Memang dia siapa sih?” gerutu Shina saat ia sedang berjalan pulang ke rumah keluarga Kim.

kalau dia artis, emangnya kenapa? Memang satu korea harus kenal dia?” tambah Shina dengan sangat amat kesal. Namja aneh yang mengaku-ngaku artis terkenal korea itu telah menghancurkan mood-nya untuk jalan-jalan. Shina tidak habis pikir, mengapa namja itu harus menariknya dalam masalahnya dan mengajaknya lari maraton.

kalo takut dikejar-kejar fansnya, ngapain dia ga sembunyi di rumahnya? Ga usa sok pake jalan-jalan! Ngerepotin orang aja! Emang TVXQ itu terkenal amat di korea? belagu amat tu orang!” Shina masih terus menggerutu hingga tanpa disadarinya, ia sudah tiba di depan kediaman keluarga Kim.

Shina menghembuskan napas untuk meredakan kekesalannya dan kemudian masuk ke ke dalam. “Aku pulang.”

“Shina-a, kau kemana saja? OMO, kenapa pakaianmu bisa kotor begini?” tanya Nyonya Kim ketika Shina memasuki ruangan tamu.

“ceritanya panjang ajumma. Tadi aku ditabrak orang aneh dan dia malah membuatku lari maraton. Benar-benar hari yang menyebalkan!” kata Shina dengan kesal.

“sudah-sudah. Kamu mandi dulu sana dan jangan lupa ganti pakaianmu ini. Nanti anak ajumma yang satunya akan pulang. wahhhh, ajumma sangat rindu padanya.” Kata Nyonya Kim dengan mata berbinar-binar saat membicarakan anak lelakinya yang notabene adalan seorang artis.

“ne ajumma. Aku ke atas dulu ya…” kata Shina seraya pamit dengan ajumma dan langsung menuju kamarnya.

“ne…” balas Nyonya Kim yang masih senyum-senyum sendiri membayangkan anaknya akan pulang setelah kurang lebih 6 bulan berada di Jepang.

****

fiuhhh… segarnya! Setidaknya, aku ga perlu ketemu orang aneh itu lagi! seoul kan kota yang padat, jadi kemungkinan aku ketemu dengan orang aneh itu sekitar 0.001%!” kata Shina sambil berlogika ria saat dirinya telah selesai mandi. Shina lalu berdiri di depan cermin yang ada di kamarnya. Ia menyisir rambutnya yang panjang, kemudian merapikan dandanannya.

gelangku!” kata Shina tiba-tiba ketika disadarinya gelang yang selalu ia pakai kini tidak ada lagi di pergelangan tangannya. Ia langsung panik dan berusaha mencarinya di sekeliling kamarnya, berharap agar gelangnya ketemu.

dimana??? Dimana dia???” kata Shina sambil mengobrak-abrik kamarnya.

Shina lalu beranjak ke luar kamarnya setelah cukup lama mencarinya di kamarnya. Ia kemudian melangkah ke kamar mandi. “mungkin jatuh di kamar mandi” katanya.

Shina sibuk mencari gelangnya di kamar mandi ketika seseorang menegurnya.

“Shina-a, apa yang kau lakukan?” tanya seorang namja yang tidak lain adalah Junho.

“ah… Oppa… aku kira siapa.” Katanya sambil menoleh dan kemudian kembali  melakukan pencarian terhadap gelangnya.

“kau sedang apa Shina-a?” tanya Junho lagi.

“emm… gelangku hilang Oppa! Kau lihat tidak?” kata Shina dengan penuh harap jika Junho ternyata menemukannya.

“gelang? Seperti apa? Aku ga liat.”

Shina menghela napas. “ternyata tidak lihat ya? Gelang yang aku pakai setiap waktu. Yang berwarna biru safir.” Kata Shina berusaha menjelaskan ciri-ciri gelangnya.

“ahhh… yang itu… Aku tidak lihat Shina-a. mian. Emmm, mungkin aku bisa bantu mencarinya.” Kata Junho sambil tersenyum.

“komawo Oppa. Aku sudah cari di kamarku, hasilnya nihil. Dan di kamar mandi juga tidak ada.” Kata Shina sedih.

“sudah benar-benar dicari dengan teliti? Mungkin kau lupa menaruhnya.” Kata Junho lagi.

“anni… aku sudah mencarinya berkali-kali. Tidak mungkin aku menaruhnya sembarangan karena aku terus memakainya. Dan…” tiba-tiba Shina ingat sesuatu.

“dan apa?” tanya junho.

“sepertinya gelangku terjatuh waktu ditabrak orang aneh itu.” kata Shina sambil mengingat-ngingat kejadian saat dirinya tanpa sengaja bertabrakan dengan orang yang mengaku-ngaku artis.

“orang aneh?” tanya Junho dengan heran bercampur penasaran.

“ne… ceritanya panjang oppa! Aku akan cari dulu ya…” kata Shina yang langsung pergi meninggalkan Junho yang terheran-heran.

“ya!! Shina-a, diluar sedang hujan! Pakai pakaian hangatmu dulu dan juga bawa payung!” kata Junho berusaha mengingatkan Shina jika cuaca sedang tidak bersahabat.

“ne….” kata Shina yang kembali lagi ke kamarnya dan mengambil baju hangatnya.

“dasar anak-anak!” kata Junho sambil geleng-geleng kepala dan kembali berjalan ke ruang keluarga.

****

“Shina-a, kau mau kemana? Di luar sedang hujan.” Tanya Nyonya Kim ketika Shina hendak meninggalkan rumah.

“gelangku hilang ajumma. Sepertinya terjatuh saat bertabrakan dengan namja tadi… aku ingin mencarinya dulu.”

“gelang apa?” tanyanya lagi.

“gelang yang selalu aku pakai. Yang berwarna biru safir.” Kata Shina berusahan menjelaskan gelangnya.

“ahhh… yang itu. Aku bisa membelikan yang sama untukmu, Shina-a. Nanti kau bisa sakit kalau hujan-hujanan.” Hibur Nyonya Kim, berusaha menyuruh Shina untuk tetap tinggal di rumah selama hujan belum berhenti.

“andwe… gelang itu sangat berharga bagiku ajumma. Seribu gelang yang sama tidak akan bisa menggantikannya.” Kata Shina tidak sabar karena ingin cepat-cepat menemukan gelangnya.

“tapi…”

“ajumma, aku pergi dulu!” kata Shina yang langsung beranjak ke luar rumah.

“hati-hati Shina-a! jangan pergi sampai larut!” Tambah Nyonya Kim mengingatkan.

“ne…” kata Shina samar-samar.

****

Shina terus menelusuri jalan yang tadi ia lewati sambil terus memperhatikan sekitarnya.

Dimana dia?” kata Shina sambil terus mencari di tengah hujan yang tidak kunjung berhenti.

Udara yang begitu dingin tidak membuat Shina berhenti mencarinya. Ya, gelang itu sangat berarti baginya. Sepenggal masa lalu bahagia yang tersisa untuk Shina terkenang pada gelang itu, gelang yang sudah menemaninya ketika suka dan duka menghampiri hidup Shina.

****

aku ceroboh sekali! bagaimana ini?” kata Shina sambil berteduh di depan sebuah ruko yang sedang tutup. Ia sudah mencarinya kemana-mana namun hasilnya masih nihil.

Shina terus memandang lurus ke depan. Pikirannya melayang kemana-mana.

-Flashback-

untukku?” tanya Shina pada seorang laki-laki.

hmm… untukmu! Bagaimana, kau suka?

Shina menangguk dan menerima gelang berwarna biru safir yang sangat indah. “trims, Adit…” kata Shina sambil tersenyum ke arah laki-laki yang bernama Adit.

Jangan sampai hilang ya! Aku harus keliling satu kota sebelum menemukannya.” Kata Adit sambil tersenyum dan memakaikan gelang itu di pergelangan tangan Shina.

Indah sekali! aku akan menjaganya terus! Janji…

bagus! Walau apapun yang terjadi, ingatlah gelang itu adalah bukti kalau aku bener-bener sayang sama kamu.

hmmm… aku juga sayang ama kamu dit.” Kata Shina sambil menyenderkan kepalanya di pundak laki-laki yang begitu disayanginya ini. Shina berjanji akan terus menjaga pemberian Adit sampai kapanpun.

-End of flasback-

Tanpa Shina sadari, airmatanya mengalir begitu saja.

maaf dit! Aku ga bisa jaga gelangnya.” Kata Shina lirih dan menghapus airmata yang mengalir di wajahnya.

walau aku masih ga bisa maafin kamu, tapi aku sudah janji untuk menjaganya. Maaf dit.” Katanya lagi. Shina masih diam begitu lama di depan ruko itu walau kini hujannya telah berhenti.

So get back, back, back to where we lasted.

Just like I imagine.

I could never feel this way.

So get back, back, back to the disaster.

My heart’s beating faster.

Holding on to feel the same”

Shina mendengar lagu sugarcult – memory dari hp-nya. Shina dengan cepat meronggoh saku celananya.

“yoboseyo…”

“Shina-a, kau dimana?” kata seorang gadis dari seberang telepon.

“aku sedang berteduh yuuri-a. kenapa?” kata Shina berusaha untuk terdengar biasa.

“Kau habis menangis ya? Gelangnya tidak ketemu?” tanya yuuri yang terdengar khawatir.

“ne… tidak ketemu. Bagaimana ini?” kata Shina lirih.

“uljima, Shina-a. sebaiknya kau lekas pulang karena hari sudah mulai gelap.” Kata yuuri mengingatkan Shina bahwa hari sudah beranjak malam.

“ne… aku akan pulang sekarang. Kau di rumah ajumma ya?” tanya Shina.

“ne… aku sedang menunggu Junsu oppa. Hehehe… tadi ajumma bilang kalau kamu lagi nyari gelangmu yang hilang. Harusnya aku tidak meninggalkanmu sendirian tadi. Pasti kamu tidak akan ketemu orang itu.” Kata yuuri dengan nada menyesal.

“gwenchanayo yuuri-a. itu bukan salahmu. Orang aneh itu yang salah!” kata Shina yang kini kemarahannya mulai muncul lagi.

“arasseo… Shina-a, cepatlah pulang! Semua orang sedang khawatir menunggumu.”

“ne… aku pulang sekarang… bye..” kata Shina yang mulai berjalan pulang.

“bye…” kata yuuri singkat.

Shina mematikan sambungan telponnya dengan yuuri dan kini ia berjalan dengan lesu. Ia ingin mencari gelang itu lagi, namun hari sudah mulai gelap dan tentu saja akan sia-sia jika dicari sekarang.

sial sekali aku hari ini…” katanya lirih. Shina terus berjalan dengan lesu menuju kediaman keluarga Kim. Ia benar-benar kesal, sedih, dan kecewa. Kejadian ini kembali membuatnya teringat masa lalunya.

Shina, jangan dipikirkan! Bagus lagi kalo gelang itu sudah hilang, Kau jadi ga perlu terbenani olehnya!” hibur Shina pada dirinya sendiri.

Ia tetap berjalan dengan lesu, walaupun sudah berusaha menghibur diri sendiri.

****

Shina tiba di depan kediaman keluarga Kim. Dilihatnya sebuah mobil mewah terparkir di depan rumah itu.

Mobil siapa?” tanya Shina pada dirinya sendiri.

ahh… mungkin mobil anak ajumma yang artis itu. Hmmm, gimana ya orangnya? Mudah-mudahan sebaik Junho oppa.” kata Shina lagi. ia sudah tidak sabar bertemu dengan Kim Junsu yang selalu dibanggakan oleh ajumma dan juga Yuuri.

****

“aku pulang!” kata Shina ketika ia sudah memasuki rumah keluarga Kim.

“Shina-a, kau lama sekali. gelangnya tidak ketemu?” tanya Nyonya Kim yang sepertinya sudah menunggunya dari tadi.

Shina menggeleng lesu. Ia tidak kuat berkata-kata lagi karena ia yakin dirinya pasti akan menangis jika ditanya tentang gelangnya itu.

“Shina-a! kau baik-baik saja kan?” kata yuuri yang menghampirinya dan langsung memeluknya.

Shina hanya mengangguk.

“jangan sedih Shina-a! kau pasti akan menemukannya nanti.” Kata yuuri berusaha menghiburnya. Yuuri tahu seberapa berharganya gelang itu bagi Shina.

Shina hanya mengangguk tanpa berkata sedikitpun.

“Sudah-sudah. Jangan diam di depan pintu terus. Ayo masuk.” Nyonya Kim mengingatkan Shina dan yuuri bahwa mereka masih berdiri di depan pintu.

“ne..” kata Shina dan yuuri berbarengan.

“Ajumma, mobil siapa di depan itu?” tanya Shina tiba-tiba.

“ahh, itu mobil anak ajumma yang bernama Kim Junsu. Kau harus bertemu dengannya Shina-a!” kata Nyonya Kim yang kini terlihat bersemangat membicarakan anaknya itu.

“kau harus bertemu dengannya, Shina-a! kau pasti akan meyukainya. Oppa-ku gitu!” kata yuuri yang ikutan bersemangat seperti nyonya Kim.

Shina hanya tersenyum dan mengikuti mereka menuju ruang keluarga.

****

Shina sampai di ruang keluarga bersama ajumma dan yuuri.

“Nah, Shina-a. ini anak ajumma dan juga kembaran Junho. Kenalkan, ini Kim Junsu. Junsu-a, ini Shina. Dia akan tinggal disini beberapa tahun untuk kuliah. Dia ini anak teman Omma dari Indonesia.” Kata Nyonya Kim sambil memperkenalkan seorang namja pada Shina dengan panjang lebar.

Shina melihat wajah Kim Junsu yang selalu dibanggakan oleh Nyonya Kim. Wajah Shina menegang.

“KAU?!” kata Shina dan Junsu berbarengan.

Continue ^^

Categories: fanfic | Tags: , , , , , , , ,

Only One [part 1]

cast :

Sinta/you [fiction]

DBSK

other cast.

aku memandangi poster besar yang tertempel di kamarku. aku melihat kelima orang yang sedang berdiri dengan gagahnya sambil tersenyum kearahku. bukan. bukan ke arahku. mereka hanya tersenyum sesuai tuntutan fotografer. aku mendesah pelan. berapa lama aku harus seperti ini, memandangi foto-foto idolaku sambil berharap jika mereka mengetahui keberadaanku yang berada di belahan lain dunia ini.

Oppa! jangan memandangku seperti itu!!” Kataku sambil merebahkan diri di tempat tidurku yang empuk. wajah para personil DBSK memenuhi kepalaku. semua gossip tentang mereka memenuhi pikiranku. yang ada di benakku, bagaimana jika kelak mereka memiliki pendamping hidup? tentu aku senang. sebagai seorang cassiopeia, aku akan turut senang jika melihat idolaku bahagia. tapi apa sesederhana itu? mendengar gossip tentang Junsu oppa dan Taeyeon Onnie saja sudah membuatku sangat sakit. ya, junsu oppa adalah favoritku di TVXQ. setiap melihatnya menyanyi, aku akan tersenyum sendiri memperhatikan gerak-geriknya. bagiku dia spesial. tapi aku hanya seorang penggemar yang bahkan tidak terdeteksi keberadaannya. aku mencoba mengalihkan perhatianku dari kelima laki-laki yang sukses membuatku menjadi seorang fangirl.

aku membuka ponselku. tanpa sengaja aku membuka sebuah file dan dengan teliti mengamati foto-foto kelulusanku di SMA. aku terus memperhatikan foto-foto itu sambil sesekali tertawa kecil mengingat teman-temanku. lalu aku sampai pada sebuah foto. dadaku sesak melihat foto itu. fotoku bersama seorang laki-laki sambil tersenyum bersama ke arah kamera.

Andi…” kataku perlahan.  Andi adalah teman kelasku di SMA. ia adalah siswa yang sangat baik dan mempunyai selera humor yang bagus. dan yang terpeting, aku menyukainya. bukan pada pandangan pertama tapi setelah lama mengenalnya. aku menyukai pribadinya yang ceria dan polos. aku menyukai gaya bicaranya yang kadang terlihat malu-malu. aku suka caranya tersenyum yang selalu sukses membuatku hampir pingsan ketika melihatnya. aku mendesah pelan. aku sadar, ia bukan untukku dan tak akan pernah untukku. karena ia tidak pernah memandangku. gadis yang tidak populer dan tidak memiliki bakat khusus sepertiku. aku berbaring menatap langit-langit kamarku. sudah cukup semua ini. perasaan ini sudah menyiksaku. perasaan menyukai seseorang tanpa pernah tahu bagaimana perasaan mereka padaku. aku terus menggumamkan kata-kata tidak berguna hingga akhirnya aku tertidur.

__^^^__

Sinta, bangun! hari ini kita akan kedatangan tamu!” aku mendengar ibuku mengetuk-ngetuk pintu kamarku sambil berteriak. aku mengerang dan masih bermalas-malasan di tempat tidurku yang sangat empuk ini.

kenapa?” tanyaku sambil terus berbaring dengan malas.

Sinta!” aku mendengar suara ibuku mendekat. jika sudah begini, aku tidak bisa lagi bermalas-malasan.

Bangun! kita akan kedatangan tamu spesial hari ini! kau harus bersiap-siap dan berdandan rapi! arraseo??” kata ibu sambil menarikku bangun.

“arraseo?? tumben pake bahasa korea..” kataku sambil beranjak dengan malas dari tempat tidurku.

hari ini tamu kita datang dari korea. oh iya, kamu masih mengerti bahasa korea kan?? ibu sudah mengajarimu selama ini.” kata ibu sambil menatapku yang menguap karena masih ingin tidur. aku hanya mengangguk pelan. ya, ibuku selalu mengajariku berbicara bahasa korea. ibuku adalah seorang keturuan korea yang menikah dengan ayahku yang berkebangsaan indonesia. walau sekarang aku berstatus WNI, tapi ibuku selalu mengingatkanku untuk tidak melupakan kebudayaan ibuku di korea sana.

Baiklah… kau cepat mandi dan berdandan. lalu turun kebawah bersama kami menunggu kedatangan tamu kita itu! oke?” kata ibu lagi. aku hanya mengangguk pelan dan berjalan ke kamar mandi.

__^^^__

aku sudah selesai mandi dan berdandan sebisaku. aku masih malas turun ke ruang tamu dan memutuskan tetap tinggal di kamar sambil berkiriman pesan melalui ponselku.

Woiii, hari apa ni? pagi bener bangunnya neng?? mo kemana loe?” aku membaca pesan dari sahabatku Rina sambil tersenyum.

iyyoo, mo ada tamu dari korea! aku masi mau tidur! huaahheemm…” balasku singkat.

dari korea?? kiiiiyyyaa, klo ada yg cakep kenalin ya buuu! wkwkwkwk

hueekkzzz, ga bakal! enak aje loe! eh, main kesini donk! ajak yg laen juga! aq kangen ma kalian T.T” balasku. sudah beberapa minggu aku tidak bertemu dengan sahabat-sahabatku. aku sangat merindukan mereka.

siipp, rencananya mo ke humz-mu besok ama yg laen. eh kata erna, si andi mau ikut… bole ga?” Aku terdiam. andi ikut? yah, andi kini berpacaran dengan seorang sahabatku bernama erna. karena itulah aku tahu jika ia tidak akan pernah melihatku. ia hanya menganggapku sahabat dari pacarnya. aku ragu sejenak dan mulai menulis lagi.

besok??? ayookk sini!! 😀 emm, gmn yah? andi bole ikut asal bawa makanan! wakakakakak” aku akhirnya memutuskan membiarkannya ikut. toh aku tidak akan bisa memberi alasan pada sahabat2ku jika aku melarangnya ikut. aku lebih tidak ingin persahabatanku hancur, melebihi perasaanku pada seorang lelaki.

bueehh, maruk loe! oke deh… deal?? besok aku ke humz-mu jam 10 pagi! kita maen game sepuasnya!!! hahahaaha, maen winning eleven lagi yook! spanyol pasti yg menang! brazil, keok! lol

oke.. siapa takut! KAKA yg terhebat! awas entar si pabrik gas!” balasku sambil tersenyum. ahh, pabrik gas itu adalah panggilanku untuk cesc Fabregas, idola rina sahabatku.

oke deh buuu! see ya tomorrow! fabregas! bukan pabrik gas! brapa kali harus aq bilang??? huuhhh!!! hooaahhheemm, aku mo lanjut tidur dulu yah… mo mimpiin fabregas sayang! 😛 bye…” aku tertawa kecil membacanya.

oke bye! mimpiin dah si korek api! 😛 besok akan kukalahkan dia! hohoho…” balasku dengan senyum kemenangan. jika aku merasa sedih, mengejek sahabatku inilah salah satu hobiku untuk melupakan sejenak semua masalahku. dan tentu saja, tidak ada seorangpun yang mengetahui perasaanku pada Andi karena aku menyimpannya dengan sangat rapat.

Sinta, tamunya uda datang!!! turun!” aku mendengar suara kakak laki-lakiku memanggilku dari ruang tamu.

Ia kak Arya!” aku berteriak sambil memastikan dandananku tidak rusak. setelah merasa siap, aku turun ke ruang tamu untuk menemui tamu ibuku dari korea itu.

__^^^__

aku turun menuju ruang tamu dan mendengar suara beberapa laki-laki yang aku yakin adalah tamu itu. aku melihat ayahku mengobrol dengan seseorang yang sosoknya masih tidak dapat aku lihat karena tertutup oleh tembok yang memisahkan ruang tamu dengan ruang keluarga. aku melangkahkan kakiku memasuki ruang tamu.

Sinta, cepat!” aku melihat ibuku memanggilku dan aku masuk ke ruang tamu.

Nah sinta, perkenalkan. ini tamu ibu dari korea.” kata ibuku dan aku memberi salam pada mereka.

“annyonghaseyo, Sinta imnida!” kataku dalam bahasa korea sambil membungkukkan badan memberi hormat. ketika aku melihat ke arah orang itu, aku tertegun tidak percaya.

“Sinta-a, kau kenapa?” tanya kak arya berbahasa korea sambil tersenyum jahil. ia tahu jika aku akan syok.

“anniyo. hanya saja… dongbangshinki?” tanyaku tidak percaya dan masih berdiri mematung. aku berusaha meyakinkan pengelihatanku bahwa yang dihadapanku ini adalah DBSK, boyband idolaku. oh tuhan, mimpi apa aku semalam??

“Annyong Sinta-a, sudah lama tidak bertemu. terakhir aku melihatmu masih sangat kecil dan belum bisa berjalan.” kata seorang dari mereka yang aku tahu adalah Shim Changmin. aku hanya terdiam mematung berusaha mencerna kata-katanya.

“Sinta-a, duduk dulu. nanti appa jelaskan.” kata ayahku sambil menarikku duduk di sebelahnya. aku hanya menurut dan masih tidak percaya jika DBSK kini ada di hadapanku dan Changmin oppa sudah mengenalku.

“begini, Changmin ini anak teman ommamu di korea. waktu kau masih bayi, kita sekeluarga berlibur ke korea dan bertemu dengan keluarganya.” kata ayahku setengah menjelaskan. aku hanya menatapnya dalam diam. masih tidak percaya.

“nah Sinta-a, perkenalkan ini teman-temanku di DBSK.” kata Changmin oppa sambil tersenyum. aku hanya mengangguk tanpa bisa berkata-kata. kak arya dari tadi hanya memandangku sambil tertawa kecil.

“Annyong Sinta-Shii. Kim jaejoong imnida!” aku melihat Jaejoong oppa memperkenalkan dirinya sambil tersenyum. oh tuhan, DBSK benar-benar disini!

“annyonghaseyo.” kataku sedikit kaku karena gugupnya. aku lalu memandang sebal ke arah kak arya yang tidak berhenti tertawa.

kak arya! tunggu balasan dariku!” kataku dengan bahasa indonesia sambil menatap tajam ke arahnya sedangkan kak arya masih tertawa.

“jung yunho imnida!” aku melihat yunho oppa memperkenalkan dirinya sambil tersenyum.

“annyonghaseyo.” kataku berusaha terdengar sebiasa mungkin.

“naneun Park Yoochun Imnida.” kata yoochun oppa sambil tersenyum.

“annyonghaseyo.” kataku balas tersenyum.

“annyonghaseyo. Kim Junsu imnida!” dan kali ini Junsu oppa memperkenalkan dirinya sambil tersenyum manis. ya tuhan, itu junsu oppa!

“a… annyonghaseyo.” kataku sedikit tergagap karena terkesima dengan senyumannya. sedangkan kak arya masih terkikik di balik bantal sofa yang sejak tadi di pegangnya.

kak arya!” kataku kesal.

“anniyo! panggil aku Oppa! kau harus terbiasa memanggilku Arya Oppa.” katanya memberi syarat. aku tertawa kecil membayangkan memanggilnya ‘Oppa’.

apa? arya oppa?? maksa banget deh! kak arya aja uda cukup!” kataku balik menertawakannya.

awas kau Sinta!” kata kak arya sambil cemberut.

“sudah-sudah. kalian masih saja bertengkar. nah, ajumma sudah menyiapkan makan siang. ayo kita makan dulu.” kata ibuku mengalihkan pembicaraan kami.

“ne. kamsahamnida ajumma!” aku mendengar DBSK oppa berbicara berbarengan.

__^^^__

Rin, tau ga siapa tamu ibuku?” tanyaku pada Rina saat kami sedang mengobrol di telepon. makan siang tadi benar2 tidak akan bisa aku lupakan. melihat kelima member DBSK makan di meja yang sama denganku sambil mengobrol denganku dan tidak jarang menanyakan jenis makanan yang mereka makan.

mana aku tau! siapa? cakep?” tanya rina.

mau tau aja! hahaha… ini lebih dari sekedar CAKEP! pokoknya kamu pasti bakal kaget deh rin!” kataku mantap. aku tahu jika besok Rina ke rumahku, dia pasti akan terbengong melihat Changmin oppa di depannya.

masa?? aduuhh, ga sabar nunggu besok!” katanya mulai semangat.

oke deh. aku tunggu besok! aku dipanggil ibuku. bye…” kataku saat mendengar suara ibuku memanggil.

oke! bye Sin!” kata Rina. aku langsung menutup telepon dan beranjak menemui ibuku.

__^^^__

mana kak arya?” tanyaku pada ibuku.

lagi main PS di atas sama DBSK. nah Sinta, bawa ini ke tempat mereka.” kata ibuku menyerahkan napan yang berisi minuman dingin dan kue buatan ibuku.

siip.” kataku sambil menerima napan yang penuh minuman, kemudian berjalan menuju tempat kak arya dan Oppa DBSK yang sedang bermain PS.

__^^^__

“Sinta-a, sini aku bantu!” Changmin oppa beranjak membantuku ketika melihatku datang dengan napan berisi minuman dan kue.

“kamsahamnida oppa.” kataku agak kikuk. masih terasa aneh berbicara dengan idolaku sedekat ini.

“Sinta-a, ambilkan punyaku!” perintah kak arya yang sedang asik berduel Winning Eleven dengan Junsu Oppa.

“ambil sendiri!” kataku sambil memeletkan lidah ke arahnya.

“pelit! masa kau tega dengan Oppamu?” keluh kak arya.

“tega apaan? nih! puas?” kataku sambil menyerahkan minuman dingin ke arahnya.

“nah, ini baru dongsaengku yang manis.” katanya sambil mem-pause permainan mereka dan mengacak rambutku. aku hanya memandangnya dengan sebal.

DBSK oppa hanya tertawa melihat tingkah kami yang terkesan kekanak-kanakan. aku memandang mereka dan menyadari bahwa salah seorang dari mereka tidak ikut tertawa bersama yang lain.

__TBC__

hahaha, kayalan tingkat tinggi yang sangat aneh!

Categories: fanfic | Tags: , , , , , , , | 1 Comment

Because of You [part 1]

annyeong… ^^

hri ini aq mo mencoba untuk menulis FF…

gara2 sering baca FF di blog orang, jd pengen ikut nulis juga ^^

so check this out!

________________________

Because of You [part 1]

cast :

Xiah Junsu

Shina widanti (fiction girl)

Max Changmin

yuuri (pinjem namanya ya yuur ^__^)

DBSK

other cast.

Shina akhirnya tiba di Korea Selatan tepatnya di Kota Seoul, tempat dimana ia akan tinggal selama beberapa tahun untuk melanjutkan kuliahnya di Seoul National University.

akhirnya sampai juga! Hahh, andai saja ini California…” kata Shina, gadis yang cukup tinggi dan berwajah manis, dalam bahasa indonesia seraya beranjak dari bandara dengan dua koper besar yang sedikit membuatnya repot. Ia kemudian mencari taxi dan pergi ke alamat yang diberikan ibunya. Dalam perjalanan, Shina melihat pemandangan kota Seoul yang dipenuhi dengan gedung-gedung pencakar langit.

lumayan juga. Setidaknya ini ga kalah dengan New York.” Katanya sambil menikmati pemandangan Seoul. Shina bukannya memandang rendah kota Seoul, karena pada kenyataannya kota ini begitu indah dan sangat modern. Namun Shina masih merasa kesal karena cita-citanya untuk kuliah di California tidak tercapai. Ia sangat ingin pergi ke negara adikuasa itu dan bisa menonton Wrape Tour yang berlangsung setiap musim panas. Shina sangat mengidolakan penyanyi-penyanyi Amerika terutama yang beraliran Alternative Punk seperti Blink 182, greenday, Simple Plan, My Chemical Romance, Fall Out Boy, SUM 41 dan banyak lagi.

Shina kembali mengingat semua kejadian yang telah terjadi akhir-akhir ini. Kenapa ia memilih untuk melanjutkan pendidikan di Seoul, kota yang bahkan tidak ada dalam list-nya untuk di kunjungi.

Saat itu Shina dihadapkan pada dua pilihan, melanjutkan pendidikan di Seoul atau tetap tinggal di Indonesia. Tentu saja ia memilih Seoul daripada tinggal di Indonesia, karena Shina ingin melupakan semua yang terjadi padanya. Ia ingin melupakan semua kenangan pahit yang mungkin akan sangat sulit untuk dilupakan jika ia masih tinggal di indonesia.

huh.. kenapa harus diingat lagi? sekarang aku ingin memulai hidup baruku! Semangat Shina!!!” kata Shina berusaha mengusir ingatan masa lalunya. Ia sudah bertekad untuk memulai kehidupan barunya di sini, tanpa bayang-bayang masa lalunya. Shina terus memandang kota Seoul dari balik jendela taxi yang ia tumpangi. Pemandangan kota Seoul yang sangat indah membuatnya terlena sejenak dan tanpa sadar ia sudah tiba di depan sebuah rumah yang lumayan besar.

****

Shina masih terdiam di depan pintu rumah itu. Ia kembali mengecek alamat yang diberikan ibunya, berharap agar ia tidak salah alamat. Ia lalu menekan bel rumah itu dan menunggu pemilik rumah membukakan pintu.

Sesaat kemudian, Pintu rumah itu terbuka dan dilihatnya seorang wanita paruh baya di balik pintu itu.

“annyonghaseyo.” Kata Shina sopan sambil membungkukkan badannya, berusaha untuk bersikap sesopan mungkin.

“annyonghaseyo. Apakah kau yang bernama Shina Widanti?” tanya wanita paruh baya itu.

“Ne. Shina imnida.”

“Omo, kau cantik sekali Shina-a! ayo silakan masuk! aku sudah menunggumu sejak tadi. Ommamu bahkan menelpon untuk memastikan jika kau tidak tersesat. Kajja!” kata wanita itu dengan nada bersahabat, membuat Shina merasa nyaman. Wanita itu lalu membantu Shina membawa kopernya.

“kamsahamnida.” Kata Shina dan kemudian mengangkat koper satunya seraya mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah. Shina memperhatikan rumah yang dimasukinya. Rumah itu cukup besar dengan dekorasi yang minimalis membuat suasananya menjadi sangat nyaman. Shina melihat foto-foto yang terpajang di ruang tamu dan dilihatnya foto sebuah keluarga dengan dua anak laki-lakinya.

“Shina-a, perkenalkan aku nyonya Kim. Kau bisa memanggilku ajumma. Aku sudah menyiapkan kamar untukmu. Ayo kita langsung ke sana. Aku harap kau menyukai kamar barumu.” Kata wanita itu dengan ramah saat mereka sampai di ruang tamu rumah itu.

“Kamsahamnida Ajumma.” Kata Shina sopan dan mengikuti Nyonya Kim menuju kamar barunya.

****

Kini Shina sudah berada di kamar barunya yang terletak di lantai dua rumah ini, kamar yang akan ditempatinya selama beberapa tahun. Ia memperhatikan dekorasi kamar itu yang juga tidak kalah nyaman dengan ruangan-ruangan yang dilihatnya tadi.

“bagaimana Shina-a? kau menyukainya?” tanya Nyonya Kim.

“Ne. Kamarnya sangat indah ajumma. Kamsahamnida…” kata Shina sambil tersenyum ramah.

“aku tau kau kesal karena tidak bisa ke california. Tapi percayalah, kau tidak akan menyesal tinggal di Seoul.”

“Gwenchanayo ajumma. Aku pasti akan senang tinggal disini. Apalagi ada ajumma yang begitu baik. Kamsahamnida karena sudah menerimaku disini.” Kata Shina dengan sopan. Ia sangat beruntung karena bisa bertemu dengan ajumma yang sangat ramah padanya.

“Aku juga senang bertemu denganmu. aku harap kita bisa menjadi lebih dekat, anggap saja aku sebagai ommamu. nah, anggaplah rumah sendiri Shina-a. aku akan turun sebentar. Kau rapikanlah barang-barangmu dan istirahat. Aku akan membuatkan makan malam dan kita makan malam bersama.” Kata Nyonya Kim panjang lebar.

“ne. Kamsahamnida ajumma” Kata Shina seraya tersenyum pada ajumma yang begitu baik dan perhatian padanya.

Nyonya Kim tersenyum ramah dan kemudian pergi meninggalkan Shina sendirian di kamarnya.

****

Hah, lelah sekali! aku harus merapikan barang-barangku dulu, setelah itu istirahat sebentar.” Kata Shina seraya menyalakan ipodnya dan mendengarkan lagu favoritnya. Ia lalu merapikan barang-barangnya yang lumayan banyak.

****

akhirnya selesai juga!” kata Shina sambil merebahkan diri di kasur barunya yang empuk. Shina terdiam sebentar. Pikirannya melayang kemana-mana.

Sudahlah Shina. Jangan terus memikirkan masa lalu!

“Keep Moving Forward!” kata Shina meng-copy sebuah kalimat dari salah satu film favoritnya, Meet The Robinsons.

Shina berusaha untuk beristirahat karena ia merasa sangat kelelahan. Ia memejamkan matanya dan mulai tertidur ditemani dengan lagu-lagu yang ia dengar melalui headsetnya.

****

‘tok tok tok’…

Shina terbangun oleh suara ketukan di pintu kamarnya. Walau dengan headset yang terpasang di telinganya, Shina masih dapat mendengar suara di sekitarnya. Karena Shina tidak suka menyalakan ipodnya dengan volume yang keras.

“Shina-shii, makan malam sudah hampir siap. Kami menunggumu di bawah.” Kata seorang namja dengan ramah.

“ne… aku akan segera turun.” Kata Shina lalu melepaskan headsetnya. Shina masih menguap sambil merapikan tempat tidurnya dan kemudian mengganti pakaiannya yang tadi tidak sempat ia ganti karena terlalu lelah. Ia lalu merapikan dirinya dan turun ke lantai bawah menuju meja makan, tempat ajumma dan keluarganya sedang menunggu Shina untuk makan bersama.

****

“Shina-a, kemarilah. Duduk disini.” Kata Nyonya Kim dengan ramah saat melihat Shina memasuki ruang makan.

“Ne. Kamsahamnida ajumma.” Kata Shina dan kemudian duduk di tempat yang telah disediakan untuknya.

“Shina-a, ini tuan kim. Kau bisa memanggilnya ajusshi.” Katanya memperkenalkan anggota keluarganya satu-persatu.

“annyonghaseyo Ajusshi. Senang bertemu denganmu.” kata Shina dengan sopan.

“Senang bertemu denganmu, Shina-a. kau tidak perlu merasa sungkan disini, anggaplah rumah sendiri.” Kata Tuan Kim dengan ramah, membuat Shina merasa nyaman.

“nah, yang ini anak ajumma. Kenalkan ini Kim Junho.” Kata Nyonya Kim yang memperkenalkan anak laki-lakinya.

“annyonghaeyo, Junho-shii. Senang bertemu denganmu.” kata Shina sopan sambil tersenyum.

“Senang bertemu denganmu juga Shina-shii.” Kata namja yang bernama Junho dengan sopan.

wajahnya cukup tampan dan badannya juga bagus. itulah yang dipikirkan Shina saat pertama melihat namja yang tersenyum padanya itu.

“Shina-a, Junho ini 3 tahun lebih tua darimu. Kau bisa memanggilnya Oppa.”

“ne ajumma. Senang bertemu denganmu Oppa.” Kata Shina mengulang kata-katanya.

“sama-sama Shina-a.” kata Junho sambil tersenyum ramah.

“oh iya, sebenarnya ada seorang lagi. dia kembaran Junho. Tapi dia sedang berada di jepang sekarang. Mungkin minggu depan dia akan kembali.” Kata Tuan Kim menimpali.

“kembar?” tanya Shina sambil menoleh ke arah Junho.

“Iaa, dia kembaranku. Sebenarnya bukan kembar identik, karena kami tidak kelihatan sama. Namanya Kim Junsu. Dia salah satu anggota DBSK. Kau tau DBSK?”

“ahh… emm, DBSK? Maaf aku tidak tau.”

“ahh… kamu tidak tau DBSK ya?” katanya sedikit kecewa.

“mianhaeyo…” kata Shina dengan menyesal.

“Sudahlah. Tidak apa-apa Shina-a. kau baru tiba di korea, tentu saja kau belum tau Boyband disini. Nanti setelah kau tinggal disini beberapa lama, kau pasti akan menyukai Boyband korea.” Hibur Nyonya Kim.

“boyband?” tanya Shina yang kini mulai penasaran.

“ne, DBSK itu boyband korea. terkenal banget lho! Adik kembarku salah satu personilnya. Kau pasti akan sangat menyukai mereka, karena mereka sangat berbakat.” Kata Junho setengah menjelaskan.

“sudahlah Junho-a, ayo kita makan! Nanti juga Shina akan tau dengan sendirinya. Ayo Shina, dicicipi dulu makanan buatan ajumma.” Kata Nyonya Kim dengan ramah. Shina mengangguk dan mengikuti apa yang diinstruksikan padanya.

Shina dan keluarga Kim makan bersama sambil bercerita agar mereka menjadi dekat. Shina merasa nyaman dengan keluarga Kim ini karena mereka begitu baik dan ramah. Shina yakin bahwa pilihannya tidak akan salah dan ia akan bisa melupakan segala kenangan pahitnya.

****

“Shina-a, cepat kemari!!!” kata seorang yeoja saat Shina sedang asik menikmati pemandangan sungai Han yang indah. Sudah seminggu ia tinggal di Seoul. Selama itu pula, Shina menghabiskan waktunya untuk berjalan-jalan  mengelilingi kota Seoul.

“Waeyo, yuuri-a?” Kata Shina sambil berjalan mendekati yuuri, keponakan dari keluarga Kim yang seumuran dengannya. Shina sangat beruntung bertemu dengannya, selain karena mereka kuliah di universitas yang sama, yuuri juga sangat ramah pada semua orang sehingga Shina cepat akrab dengannya.

“Sini… duduk disini, kita makan es krim dulu…” kata yuuri sambil menyerahkan es krim yang baru saja dibelinya.

“yaa! Korea sedang dingin begini, kau malah menyuruhku makan es krim?” protes Shina.

“yaa! Es krim ini tidak begitu dingin kok! Percaya deh, nanti kamu bakal terbiasa makan es krim di hari yang sedingin ini. Cepat dimakan!” kata yuuri sambil tersenyum.

“hmm… terserah kau saja! kumawo yuuri-a.” balas Shina sambil tersenyum pasrah. mereka pun duduk di kursi taman di dekat sungai han dan memakan es krim yang baru dibeli yuuri sambil menikmati pemandangan.

“Huft… Seoul indah sekali ya…” kata Shina membuka pembicaraan yang sempat terhenti.

“Ne. Kamu tidak akan menyesal tinggal disini Shina-a. setidaknya, Boyband disini tidak kalah dengan band amerika favoritmu itu.” Kata yuuri yang masih memakan es krim-nya.

“hahahaha… iya, mereka tidak kalah keren! Cuma, aku susah mengenali wajah mereka. Mereka terlihat sama di atas panggung.” Kata Shina sambil tertawa.

“nanti juga kau terbiasa. Kau tau DBSK kan? Boyband-nya kembaran Junho Oppa.. mereka itu idolaku!”

“DBSK ya? Hmm, aku tetap saja masih susah mengenali wajah mereka. Sepertinya wajah orang korea mirip semuanya. Jadi kalau mereka ada di depanku sekarang, aku yakin tidak akan mengenali mereka.”

“kau bahkan masih susah mengenali wajah Junsu Oppa?” tanya yuuri heran.

“hmmm…” Shina mengangguk sambil memakan es krimnya. “dia tidak begitu mirip dengan Junho Oppa. Mungkin jika aku bertemu dengannya langsung dan berkenalan dengannya, baru aku bisa mengingat wajahnya. Benar yuuri-a, mereka kelihatan sama di TV.”

“arrasseo! Kau memang payah sekali Shina-a.” kata Yuuri sambil kembali memakan es krimnya.

“Ya!! Aku baru seminggu tinggal di seoul! Wajar-wajar aja donk!” protes Shina pada yuuri.

Yuuri cekikikan. “iyyaa. Aku hanya bercanda! Habiskan es krimmu, nanti kita jalan-jalan lagi.”

Shina dan yuuri akhirnya menghabiskan es krimnya dalam diam. Tahun ajaran baru di korea akan dimulai beberapa hari lagi. kini Shina ingin menghabiskan waktunya untuk berjalan-jalan sambil mempelajari kota Seoul yang padat dan juga kebiasaan masyarakatnya yang melakukan segala hal dengan cepat.

****

“Shina-a, sepertinya aku harus pergi sekarang. Aku lupa kalau ada janji dengan beberapa temanku. Kau mau ikut?” tanya Yuuri ketika mereka hendak melanjutkan acara jalan-jalan mereka.

“anni… aku tidak ingin menggangu. Lagipula, aku masih ingin jalan-jalan disini.”

“benarkah? Kau tidak mengganggu kami kok.”

“gwenchanayo. Sudah pergilah yuuri-a! temanmu pasti sudah menunggu.” Kata Shina sambil tersenyum.

“ne… Shina-a, kamu tidak lupa jalan pulang kan? Kalau uda selesai jalan-jalan, langsung pulang ya! Aku tidak mau dimarahi gara-gara kamu hilang gitu aja! Arasseo?” kata yuuri dengan nada khawatir.

“ne… aku tidak lupa kok! Udah, pergi sana! Annyong!” kata Shina sambil mendorong yuuri agar lekas pergi.

“mianhae Shina-a, aku tidak bisa menemanimu jalan-jalan.” kata yuuri dengan nada menyesal.

“gwenchanayo. Ayo cepat pergi!”

“ne… annyong Shina-a! jaga dirimu ya!” kata Yuuri yang kemudian meninggalkan Shina sendirian.

“annyong!” balas Shina sambil melambaikan tangannya ke arah yuuri yang sudah berlari menjauhinya.

hmmm… aku harus mulai darimana ya?” kata Shina sambil berpikir sejenak.

sudahlah. Jalan saja…” katanya sambil terus berjalan entah kemana, yang penting hari ini ia ingin menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan berkeliling kota seoul. Shina tidak pernah lupa membawa petanya, sehingga ia tidak keberatan ditinggal sendirian di tengah kota yang padat seperti Seoul.

****

“AWAS!!!!” Shina mendengar seorang namja berteriak di belakangnya. Saat Shina hendak berbalik untuk melihatnya, namja itu sudah menabraknya.

“auch…” Shina dan namja itu jatuh berbarengan. Namja yang kini menindih Shina, kemudian cepat-cepat bangkit.

“hei, hati-hati donk!” kata Shina sambil berdiri dan merapikan bajunya yang sedikit berantakan.

“mianhaeyo…” kata namja itu dengan napas memburu dan terus memperhatikan sekelilingnya.

“kenapa kau lari-lari begitu? Kau habis mencuri ya?” tanya Shina tanpa peduli saat namja itu menatapnya tajam.

“pencuri?? Andwe!!!” sanggah namja yang cukup tampan di mata Shina.

“lalu…” Shina belum sempat menyelesaikan kata-katanya ketika namja itu menarik tangannya dengan kuat.

“yaa!!! Kau mau apa?” tanya Shina panik ketika namja itu menariknya untuk berlari.

“tenanglah… kau tidak ingin dikeroyok fansku kan? Ikuti saja aku!” katanya sambil terus berlari.

“fansmu? Apa urusannya denganku! Yaa, lepaskan! Sakit tau!” protes Shina berusaha melepaskan diri dari namja yang menurutnya sudah sinting.

“ikuti saja…” katanya sambil berlari dan menarik Shina dengan kuat. Shina dan namja itu terus berlari hingga sampailah mereka di tempat yang cukup sepi. Namja itu kemudian berhenti di tempat itu dan duduk di sebuah bangku taman sambil terengah-engah. Shina duduk di sampingnya berusaha mengatur napasnya.

“Yaa!!! Kau sudah sinting ya?” tanya Shina dengan kesal.

“sinting? Mungkin.” Katanya. Shina hanya mengernyit heran mendengarnya.

“fiuuhhh… untung bisa lepas dari mereka! Kalau tidak, habislah aku!” katanya lagi.

“lepas? Dari siapa?” tanya Shina penasaran.

“kau tidak kenal siapa aku?” namja itu balik bertanya kepada Shina.

“ne??? Kau siapa? Memang kau orang yang aku kenal??” Shina merasa tambah heran.

“kau benar-benar tidak kenal padaku???” tanyanya dengan tampang tidak percaya.

“Yaa!!! Kau siapa? Kenapa aku harus kenal padamu?” balas Shina kesal.

Continue ^^

Categories: fanfic | Tags: , , , , , | 1 Comment

when u feel sad n left behind

I made this bcuz I feel really sad right now…

is there something wrong?

but I feel like everything’s wrong

I feel like their world and my world are different

when I’m ignoring it,

everything’s going bad

I don’t feel happy

I feel like I’ve lost something

Something very important

I’m trying to be happy

I laugh…

but seems like it’s nothing

I still feel bad

I realize that no one can get whatever they want

but its like I don’t get anything I want

It’s really hard feeling

I know there’s alot of people are suffering more than me

I don’t know the right words to express my feeling

my head and my heart won’t work together

I just wanna scream!!! T_T

Categories: Uncategorized | Leave a comment

TVXQ 6th anniversary 2 hari lagi!!!

tidak terasa ya, TVXQ sudah 6 tahun terbentuk. Walau aku jadi fans mereka baru di tahun 2009, tapi serasa sudah jadi fans mereka selama 6 tahun! Tahun ini banyak sekali hal yang terjadipada TVXQ. Kadang-kadang hampir membuat fans sedih dan menangis. *me too*

bagiku, TVXQ adalah boyband terbaik yang pernah aku kenal. Mereka benar2 keren, cakep, dan tidak ketinggalan sangat bertalenta. Lagu-lagu mereka selalu mengisi hari-hariku. Bagi orang yang tidak suka curhat seperti aku, lagu merupakan pelarian yang paling ampuh. saat aku sedih, aku akan langsung mendengarkan lagu favoritku dan saat ini kebanyakan lagu-lagunya TVXQ. saat aku benar2 tidak bisa mengatakan hal yang aku inginkan kepada teman2ku, aku akan mendengarkan lagu-lagu TVXQ. saat aku benar2 jenuh belajar *mau ujian nihh*, aku akan langsung mendengarkan lagu-lagu yang dinyanyikan Oppa2ku yg berasal dari korea ini. mungkin terdengar sedikit berlebihan, tapi suara mereka benar2 ampuh membuatku tenang. Pokoknya, merekalah boyband terbaik saat ini.

saat ini, memang ada masalah antara 3 member TVXQ dengan perusahaan label mereka. sebagai fans, tentu saja aku sedih. kenapa musti ada kasus kayak gini? padalah aku baru aja tahu tentang TVXQ, padahal aku ingin bisa menonton konser mereka suatu hari nanti, padahal mereka kelihatannya baik2 saja, dan banyak “padahal2” lagi yang terlintas dibenakku. Aku bukanlah orang yang gambang menyukai sebuah boyband/band. mungkin aku suka beberapa lagu dari penyanyi lain, namun aku menyukai semua lagu yang dinyanyikan TVXQ. aku suka suara mereka, suara junsu oppa, jaejoong oppa, yoochun oppa, yunho oppa, dan changmin oppa. suara mereka benar2 unik. dan hebatnya, bukan tampang mereka yang buat aku suka TVXQ. bahkan pertama kali aku lihat mereka, aku menganggap mereka tidak menarik *mian cassie*. tapi saat aku mendengarkan lagu debut mereka “hug”, aku benar2 cinta suara junsu oppa. lalu aku mulai mendengarkan lagu-lagu mereka dan aku sadar suara mereka benar2 unik dan benar2 pas menyanyikan sebuah lagu bersama2. dan aku juga sadar, ternyata mereka keren sekali! hehe

yap… di postingan pertamaku ini, aku ingin menulis sesuatu mengenai TVXQ. aku ingin mengatakan betapa mereka menginspirasiku. karena yoochun bilang dia suka cewek yang bisa mengerjakan pekerjaan rumah, aku jadi terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah. karena Jaejoong oppa bilang dia suka cewek yang kukunya bersih, maka aku benar2 menjaga kebersihan tangan dan kakiku. karena perjuangan junsu oppa hingga menjadi seperti sekarang, aku menjadi bersemangat untuk pergi ke sekolah, untuk belajar dan untuk menggapai cita2ku. karena kemandirian yunho oppa, aku berusaha untuk menjadi mandiri dan patuh pada orang tuaku. karena kegigihan changmin oppa untuk belajar nge-dance hingga dia bisa menari dengan baik sekarang, aku tidak menyerah dengan hal yang tidak bisa aku lakukan.

mereka benar2 inspirasi bagiku. dan akan selalu menjadi BoyBand terbaik yang pernah aku kenal. Oppa, please stay strong! I Love U… n Always keep the faith!!!

Happy 6th Anniversary!!!

hero, max, u-know, xiah, micky. they’re the one, eternally!

Categories: Uncategorized | Tags: , , , , , | 2 Comments

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Categories: Uncategorized | 1 Comment

Blog at WordPress.com.