cast : BAP yoo youngjae, OC
Minha berlari menyusuri lorong kampusnya. Ia terlambat. Youngjae pasti sudah menunggunya lebih dari setengah jam yang lalu. Aish, bila saja ia tidak tertidur di kelas, mungkin ia tak akan berlama-lama mendengar ceramah dari dosen menyebalkan itu.
“hos..hos…hos” Minha terengah-engah saat mencapai gerbang kampusnya. Ia melihat kesekeliling. Kemudian matanya menangkap sosok yang sudah sangat dikenalnya walaupun ia hanya bisa melihat orang itu memunggunginya. Minha kemudian berlari kearah orang tersebut.
“mian, youngjae-a! aku terlambat.” Kata minha saat sudah berdiri di depan sahabatnya itu.
“Yah, Noona! Kau tau tidak aku sudah menunggu 40 menit?! Jinjja…. kau punya telpon tapi tidak diangkat. Aku meneleponmu berkali-kali.” Protes namja bernama youngjae itu.
“Yah! Mana aku tahu kalau dosen itu akan menghukumku! Lagipula, kau salah sendiri kenapa tidak pulang saja daripada menungguku.” Kata minha mulai kesal pada sahabatnya.
“ya~, noona kenapa kau yang kesal?”
“sudahlah. Ayo kita pergi! Aku mau ke taman.” Kata minha memberi instruksi sambil masuk ke kursi penumpang mobil youngjae. Youngjae hanya menghembuskan napasnya dengan berat dan masuk ke mobilnya. Ia tak berani membantah minha karena ia bisa membaca dari wajah gadis itu bahwa ia sedang mengalami hari yang buruk.
****
“noona, ini…” kata youngjae memberikan minuman kaleng pada minha yang sedang duduk sendirian memandang taman di hadapannya. Minha hanya tersenyum sambil mengambil dan membuka minuman pemberian youngjae. Youngjae duduk di sebelah gadis itu tanpa berkata sedikitpun. Karena minha sedang mengalami hari yang buruk, maka youngjae hanya duduk di sebelahnya seperti yang selalu ia lakukan. Youngjae hanya menunggu minha membuka suaranya mengeluarkan segala masalah yang ia pendam.
“aku putus.” Kata minha membuka suaranya. Youngjae menoleh kea rah minha tak percaya. Putus? Putus dengan namja yang baru menjadi pacarnya seminggu?
Seakan tahu apa yang ada di pikiran youngjae, minha terkekeh pelan. “aku tau, aku sangat payah bukan?”
“bagaimana bisa noona?” Tanya youngjae tanpa mengindahkan perkataan minha sebelumnya.
“karena sejak pertama kami memutuskan untuk memulai hubungan, tak ada perasaan apapun diantara kami. Ia, Kang Minhyuk, hanya mengencaniku karena ingin membuat gadis yang disukainya cemburu.” Kata minha.
“kau tahu?”
“tentu saja. Aku mengetahuinya sejak awal.” Kata minha sambil menghembuskan napasnya. Youngjae hanya menatap heran kearah sahabat kecilnya itu.
“bukan berarti minhyuk itu brengsek.” Minha menambahkan. “sebenarnya aku juga mengambil keuntungan darinya. Kau tau… aku tak pernah punya pacar dan di usiaku sekarang ini, semua keluargaku menanyakan hubungan pribadiku. Sayangnya hubungan ini berakhir begitu cepat sebelum aku bisa membuktikan pada keluargaku bahwa aku bisa mendapatkan namja yang hebat untukku.” Kata minha sambil tersenyum miris.
Youngjae hanya menghela napas. Lagi-lagi, minha membicarakan hal ini untuk kesekian kalinya. “noona, kau tak harus membuktikan pada mereka. Aku tidak mengerti kenapa kau begitu ingin memiliki pacar? Kau harusnya tak perlu tergesa-gesa seperti itu!”
“yah, kau anak kecil! Kau tak akan mengerti. Kau berbeda denganku. Lihat dirimu, kau namja popular, kau tampan dan pintar, kau bisa mendapatkan gadis manapun yang kau sukai. Kau tidak akan mengerti bagaimana rasanya menjadi tak terlihat sepertiku.”
“entah berapa gadis yang pernah kau cium diusiamu saat ini. sedangkan aku, aku bahkan tak pernah merasakan yang namanya first kiss diusiaku sekarang.” Tambah minha sambil menunduk.
“minhyuk hyung belum menciummu?” Tanya youngjae dengan wajah tak percaya.
Minha menjitak kepala youngjae dengan gemas. “aisshhh, noona sakit!” kata youngjae sambil mengusap-usap kepalanya.
“kau pikir aku mau dicium oleh orang yang sama sekali tidak menyukaiku?”
“lalu…” Tanya youngjae penasaran.
“aku ingin ciuman pertamaku bersama orang yang mencintaiku sepenuh hatinya. Aku tak ingin hanya mendapatkan ciuman yang tak memiliki emosi. Mungkin ini terdengar klise, tapi aku masih menginginkan hal seperti itu.” Kata minha tersenyum pada sahabatnya. Minha dapat memandang jelas wajah youngjae dari dekat. Betapa tampannya dia, betapa indah matanya dan betapa menggodanya bibir itu untuk dicium. Minha tahu ini salah, youngjae lebih muda darinya dan jelas sekali youngjae hanya menganggapnya sebagai noona, tapi entah mengapa ia ingin youngjae tidak menganggapnya sebagai noona. Ia ingin youngjae bisa melihatnya sebagai wanita.
Youngjae menatap minha yang sedang tersenyum ke arahnya dan kemudian gadis itu berpaling menatap langit.
“walaupun begitu, aku tetap ingin merasakan ciuman pertamaku.” Kata minha memanyunkan bibirnya, terlihat kesal sekaligus tak berdaya.
“kau benar-benar menginginkannya noona?” Tanya youngjae. Sebuah ide gila terlintas di benaknya. Ia tak tahu ini salah atau tidak, ia hanya ingin melakukannya.
Minha menatap youngjae sambil tersenyum. “ne, aku….” Belum sempat minha menyelesaikan apa yang ingin ia katakan, bibirnya terkunci rapat ketika sepasang bibir membungkamnya. Minha hanya bisa mengedipkan mata tak percaya. Ia tak bisa mencerna semua ini. youngjae, yoo youngjae, menciumnya. Minha dapat merasakan bagaimana rasa ciuman youngjae. Sangat lembut dan gentle. Seperti ciuman yang ia impikan selama ini.
Entah berapa lama youngjae menciumnya, Entah berapa lama minha mematung tak merespon apa yang dilakukan youngjae padanya, akhirnya minha dapat merasakan youngjae melepaskannya.
“otte??” youngjae membuka suara sambil tersenyum. Minha hanya memandangnya tak percaya. Kemudian realita menyadarkannya. Ia mendorong tubuh youngjae menjauhinya.
“y-ya! Apa yang kau lakukan?!” Tanya minha dengan canggung.
“kau bilang ingin merasakan ciuman pertamamu. Aku hanya membantumu.” Kata youngjae sambil tersenyum.
“a-aku tak m-minta bantuanmu. Kau tak seharusnya melakukan hal tadi!” kata minha. Ia tak tahu apa yang musti dilakukannya. Sejujurnya, ia sangat menyukai ciuman itu. Ia sangat menikmati bagaimana lututnya melemas ketika merasakan sentuhan lembut di bibirnya. Hanya saja ia merasa ini tak benar. Youngjae hanya menciumnya untuk membantunya merasakan ciuman pertama dan tak ada yang istimewa dari semua itu. Entah mengapa, hal itu membuatnya sedih.
“kau harusnya mencium gadis yang sangat kau cintai. Kau pikir aku menyukainya ketika kau melakukan hal itu? Aku tidak menyukainya! Aku… aku tak perlu bantuanmu.” Kata minha sambil beranjak dari tempatnya duduk. Ia ingin menangis. Entah mengapa kenyataan bahwa youngjae tak memiliki perasaan apapun padanya membuatnya sangat sedih. Kenyataan bahwa ciuman itu hanya sekedar rasa simpati dan rasa ingin menolong dari youngjae, membuat hatinya sakit. Biasanya Minha pandai mengontrol apa yang ia rasakan, tapi kali ini ia tak dapat mengontrol dirinya sendiri. Ia ingin pergi dari tempat itu.
Belum sempat minha melangkah menjauhi youngjae, ia merasakan sebuah tangan menariknya. Ia ingin protes, tapi ia kembali merasakan bibir itu menyapu bibirnya. Youngjae menciumnya kali ini dengan lebih kasar, lebih memaksa. Minha terkejut. Namun ia telah mampu mengendalikan dirinya. Dengan kasar ia mendorong youngjae untuk menghentikan ciumannya. Kini minha dapat merasakan wajahnya memerah dipenuhi amarah. Ia mengusapkan tangannya dengan kasar di bibirnya, seakan ingin menghapuskan memori tentang ciuman itu.
“apa yang kau lakukan? Aku sudah bilang tak perlu bantuanmu!” bentak minha. Kali ini ia tak dapat menahan air matanya.
Youngjae terdiam mematung. Tak pernah ia membayangkan membuat minha menangis. Kini yang bisa ia lakukan hanya mengutuki dirinya sendiri, Mengutuki otak pintarnya yang tak berpikir panjang.
“noona… aku…” youngjae bergerak maju mendekati minha ketika minha mundur dan menghindarinya.
“jangan mendekat!” bentak minha. Kini air matanya semakin deras. Ia tak menyalahkan youngjae yang hanya berniat membantu, minha lebih menyalahkan diri sendiri karena terlalu lemah, dan hal yang paling tidak disukainya adalah bahwa ternyata dirinya telah menyukai youngjae sedalam ini.
Minha hendak berbalik dan melangkah pergi ketika youngjae menariknya dengan kasar dan membuat minha kini harus berhadapan lagi dengan namja itu. “dengarkan aku noona!” kata youngjae lebih tegas. Minha terdiam menunggu apa yang akan dikatakan youngjae padanya. Mata itu, mata yang sangat disukainya kini menatapnya dengan berbagai macam emosi yang tak dapat minha gambarkan.
“noona, kau menyuruhku untuk mencium gadis yang aku cintai. Aku hanya berusaha melakukannya. Kenapa kau tak mengerti?” minha terdiam dan memandang youngjae, tak mengerti apa yang dimaksudkan namja itu.
“aku mencintaimu, noona! Tak bisakah kau melihatnya? Aku mencintaimu sejak dulu dan menahan perasaan ini membuatku hampir gila!” kata youngjae lagi sambil mencengkram kuat pundak minha, berusaha meyakinkan gadis itu bahwa perasaannya nyata, bahwa ia samasekali tak berniat membantu, karena sejak dulu ia ingin melakukannya. Ia ingin memiliki gadis yang telah bersahabat dengannya dari kecil ini.
Youngjae menghembuskan napasnya. Ada perasaan lega karena ia tak harus menyimpan perasaannya lagi, namun ada rasa khawatir bila semua yang dilakukannya ini akan merusak persahabatan mereka. Youngjae tak dapat membayangkan bila minha tak mau bertemu dengannya lagi, tak mau berbicara dengannya dan memutuskan hubungan diantara mereka. Membayangkan semua itu membuat hatinya sakit. Kini ia menyesal. Bagaimana bila minha meninggalkannya? Apakah ia bisa bertahan seperti itu? Harusnya ia tak mengikuti nalurinya. Harusnya ia menahan diri untuk tidak mencium minha. Perlahan youngjae melepaskan cengkramannya. Memberikan kesempatan pada gadis itu untuk pergi dan meninggalkannya sendiri.
Minha merasakan youngjae melepaskan cengkraman pada bahunya seakan bersedia membiarkannya pergi. Dibandingkan berbalik dan pergi, minha melangkah mendekati youngjae dan kali ini ia yang mencium bibir youngjae. entah darimana keberanian ini berasal, minha hanya melakukan hal yang sangat ingin dilakukannya sejak dulu.
Youngjae kaget dengan perbuatan minha yang mendadak ini. tak menyangka gadis ini akan menciumnya. Namun dengan perlahan youngjae membalas ciuman minha. Youngjae meletakkan kedua tangannya di pinggang gadis itu untuk mengurangi jarak diantara mereka, sedangkan minha melingkarkan tangannya di leher youngjae memperdalam ciuman mereka. berbagai perasaan yang tak dapat dideskripsikan kini menyelimuti mereka berdua.
Setelah beberapa lama, mereka mulai melepaskan diri karena kekurangan oksigen. Youngjae memandang minha yang masih terengah-engah. Senyum kini terlukis di bibir youngjae. entah berapa kembang api yang kini telah meledak-ledak di hatinya saking bahagianya.
“does it mean you accept me, noona?”
“it depends on how much you love me.” Balas minha.
“I love you more than anything in this world. I can’t even look to other girls because of you. I love you so much, till I’m willing to give you all my life!”
Minha terkekeh mendengar pengakuan youngjae. “arraseo….” kemudian minha mengecup bibir youngjae sekilas. “Actually, I love you too” katanya menambahkan.
“you do?” kata youngjae tak percaya. Minha hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia dapat merasakan wajahnya memerah saking malunya. “ne, I love u so much for so long! Aku tak bisa mengatakannya padamu karena aku pikir kau hanya menganggapku sebagai noona.”
“well, itu artinya kau adalah milikku! You’re only mine, noona!” youngjae menambahkan sambil tersenyum bahagia dan menarik minha kedalam dekapannya dan memeluknya erat. Kini ia mendapatkan gadisnya dan tak ada yang lebih membahagiakan dari itu semua.
Minha membalas pelukan youngjae.
“kumawoyo, youngjae-a!” kata minha dalam dekapan yang lebih nyaman daripada kasur empuknya, lebih hangat daripada matahari di pagi hari, dan lebih aman dari apapun di dunia ini.
“untuk apa noona?”
“karena kau telah menjadi ciuman pertamaku.” Kata minha yang membuat youngjae tersenyum.
“kumawoyo, noona.” Kata youngjae sambil melepaskan pelukan mereka. Youngjae memandang wajah minha yang memerah sambil tersenyum kecil.
“wae?” Tanya minha sambil mendongak menatap mata yang paling disukainya itu.
“because you’re my first kiss too.” Kata youngjae sambil mengecup sekilas bibir minha.
“And I’m willing to kiss u everyday, everytime, everywhere. Because right now, I found myself addict to your lips.” Kata youngjae yang kemudian mengurangi jarak di antara mereka dan kembali mencium minha untuk kesekian kalinya.
_FIN_